HIDUPKATOLIK.com – Bermodalkan minat dan niat, para imam berkontribusi nyata di tengah masyarakat saat ini.
Golopua boleh jadi menjadi nama yang asing bagi orang yang tinggal di Jakarta. Golopua adalah nama sebuah desa di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Setiap pagi, anak-anak di Golopua menyusuri jalan melewati gang-gang di desa menuju ke sebuah Sekolah Dasar tempat mereka menimba ilmu setiap hari.
Seperti banyak pedesaan di pelosok Indonesia, persoalan yang dihadapi di Golopua hampir sama, minimnya sarana penunjang pendidikan. Satu yang berhasil dilihat Pastor Wilfrid Babun SVD adalah kurangnya akses anak-anak pada tersedianya buku-buku yang memadai.
Sebagai seorang gembala umat, Pastor Wilfrid sadar bahwa tugasnya tidak hanya sebatas pelayanan sakramen. Ia tidak bisa abai begitu saja saat melihat ada kebutuhan mendesak bagi pendidikan anak.
Le Nuk
Suatu hari, Pastor Wilfrid mengumpulkan beberapa tokoh desa. Sebelumnya, satu gagasan sudah ada di benaknya. Ia pun melontarkan ide mendirikan taman baca yang langsung ditanggapi baik oleh semua tokoh kampung itu.
Tak lama setelah pertemuan itu, taman baca yang mereka mimpikan pun terwujud. “Kompak Le Nuk” begitu mereka menamai perpustakaan yang mereka dirikan di Golopua itu. “LE Nuk” dalam bahasa Manggarai, kata ini berarti ‘berhubungan dengan pikiran’. Dengan nama ini, taman baca dimaksudkan menjadi tempat untuk mengolah budi anak-anak di sana.
Setelah dibentuk, Kompak Le Nuk nebeng di rumah salah seorang warga desa yang juga memiliki perhatian sama. Lokasinya persis di tengah kampung, sehingga mudah dijangkau masyarakat desa. Pertama kali, buku-buku yang ada di taman baca itu adalah buku-buku milik Pater Wilfrid yang kebanyakan isinya adalah teologi dan filsafat. Bagi Pater Wilfrid, tak masalah yang penting mulai dulu. Ia yakin, niat baik pasti akan ada jalan yang terbuka.