HIDUPKATOLIK.com – Michael Haratua Rajagukguk rela melepaskan sertifikasi guru Pegawai Negri Sipil (PNS) untuk mendedikasikan dirinya terhadap pendidikan anak-anak suku Asmat, Papua. Michael, demikian ia disapa, awalnya mengikuti program Sarjana Mendidik di daerah terluar, tertinggal, dan terdalam pada 2015. Program ini ia ikuti untuk mendapatkan sertifikasi guru PNS. Saat itu, ia dikirim untuk mengajar di sekolah formal Distrik Agats-Asmat.
Ketika berada di Papua, Michael menemukan banyak anak-anak usia sekolah yang tidak bisa menempuh pendidikan formal. Seketika, hatinya pun terketuk. Ia terpanggil berkontribusi untuk anak-anak itu. Kelahiran Pematangsiantar, 23 Mei 1992 ini kemudian bersama dengan teman-teman pengajar tergerak untuk membantu pendidikan mereka dengan membentuk rumah belajar. “Awalnya sulit mengumpulkan anak-anak kalau hanya dengan belajar saja. Jadi kita juga ‘mengiming-imingi’ mereka untuk makan bersama setelah belajar. Itu ampuh,” tutur Michael.
Saat masa tugasnya habis, ia kembali ke kotanya untuk mengambil sertifikasi guru PNS. Namun hatinya berkata lain. Ia pun melepaskan sertifikasi itu dan kembali ke Papua untuk meneruskan panggilannya mengajar anak-anak pedalaman sana. “Asmat Tirif”, rumah belajar yang menampung 250 anak itu kemudian menjadi fokus perhatiannya. Lebih lagi, ia juga menggaet beberapa pihak untuk bisa mensosialisasikan pola hidup sehat keluarga-keluarga di sana.
Atas kesungguhannya itu ia pernah menjadi finalis Satu Indonesia Award pada 2017 bidang pendidikan. Pria yang kini bekerja di Divisi Pengawasan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta ini berkata, “Sangat baik menjadi orang penting, tapi lebih penting menjadi orang baik.”
Marchella A. Vieba
HIDUP NO.20 2019, 19 Mei 2019