HIDUPKATOLIK.com – Mereka yang menerima Sakramen Krisma diharapkan terus bertumbuh dalam kedewasaan iman, serta hidup dalam bimbingan Roh Kudus.
Maria Horokubun tersenyum puas saat menjabat tangan Uskup Agung Merauke Mgr Nicolaus Adi Saputra MSC. Sambil menjabat tangan, Maria meminta agar momen ini diabadikan. Remaja dari Paroki St Fransiskus Xaverius Katedral Merauke ini begitu bahagia saat foto bersama itu diakhiri dengan berkat dari Uskup. “Momen ini sangat jarang. Menjabat tangan Uskup, berfoto bersama, serta mendapat berkat dari Uskup.Jarang-jarang kita bisa bertemu dan dekat dengan Uskup,”ungkapnya.
Perasaan ini tidak saja dialami Maria. Pengalaman yang sama juga dirasakan Joseph Koa dan 79 krismawan-krismawati yang baru saja menerima Sakramen Krisma di Paroki Katedral St Fransiskus Xaverius Merauke, Papua, 14/7.
Joseph mengungkapkan, ia bahagia karena bisa menyelesaikan proses dari pembinaan khusus hingga bisa menerima Sakramen Krisma. Ia bercerita, dirinya sudah dibaptis secara Katolik tetapi kemudian orang tuanya meninggal dan ia tinggal bersama keluarga beragama Kristen. Dari situ kehidupan rohani secara Katolik kurang didalaminya. Lewat bantuan seorang gurunya, Joseph akhirnya bisa menerima Sakramen Krisma. “Saya bahagia dan semua ini saya persembahkan kepada almarhum bapak dan ibu saya,” ucapnya.
Orang Kudus
Dalam khotbahnya, Mgr Nicolaus mengajak para krismawan dan krismawati agar selalu berusaha menghayati kekudusan hidup. Menurutnya kekudusan saat ini tidak saja miliki kaum tertahbis, tetapi juga milik semua orang. Kekudusan menjadi penting ketika pergolakan hidup zaman ini kian meningkat. Di dunia zaman ini, hidup manusia tidak kudus lagi lewat ragam tawaran hedonisme, sekularisme, intoleransi, materialisme, dan faktor lainnya menjadi tujuan hidup manusia.
“Di zaman ini tidak lagi butuh orang pintar. Kita membutuhkan orang-orang yang kudus. Orang pintar banyak di dunia ini, tetapi orang kudus hanya sedikit orang. Saya berharap sedikit orang itu adalah mereka yang baru menerima Sakramen Krisma,” ujarnya.
Mgr Nicolaus menambahkan, kekudusan ini kiranya menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Bila seseorang hidup dalam kekudusan maka Roh Kudus yang diterima dalam Krisma dapat menguatkan hidup manusia. Ia mengingatkan seluruh umat, agar terus berusaha mencari dan mendapatkan Roh Kudus lewat hidup doa, kesaksian, dan kurban. Dengan cara hidup seperti ini, kedewasaan iman makin nampak dalam kehidupan menggereja. “Roh Kudus itu memampukan kita agar terus berjalan dan melewati kehidupan yang penuh dengan dosa dan maksiat,” tuturnya.
Kepala Paroki Katedral Pastor Anselmus Amo MSC menambahkan, penerimaan Sakramen Krisma ini sebagai bentuk perhatian Gereja terhadap iman umat. Salah satu syarat penerimaan ini adalah penerimaan Sakramen Tobat. Maka itu, sama seperti paroki yang lainnya, Katedral Merauke juga melaksanakan Sakramen Tobat sebelum mereka menerima Krisma.
“Kami berharap agar anggota Gereja yang telah menerima Roh Kudus terus hidup dalam kedewasaan iman yang teguh, setia kepada imannya, dan menjadi pewarta Sabda Allah di manapun mereka berada,” ungkap Pastor Amo.
Agustinus Jempor (Merauke)
HIDUP NO.29 2019, 21 Juli 2019