HIDUPKATOLIK.com – Setelah mulai merasakan kebaikan Kerahiman Ilahi, umat akan terus mencari sumber kerahiman itu.
Lukisan Kerahiman Ilahi yang cukup besar tertempel di salah satu sudut Kapel Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan, Yogyakarta. Tampak Yesus berpakaian jubah putih. Tangan kanan-Nya diangkat seperti sikap memberi berkat dan tangan kiri menyentuh jubah pada bagian dada. Dua berkas cahaya, yang satu berwarna merah dan yang lainnya berwarna putih memancar dari balik jubah. Lukisan merupakan lukisan penampakan Yesus kepada Suster Faustina pada tanggal 22 Februari 1931, di dalam kamar biaranya di Plock, Polandia.
Anggota Jaringan Kerasulan Kerahiman Ilahi (JKKI) Yogyakarta belakangan menjadikan kapel ini pusat kegiatan. Ketua JKKI Yogyakarta, Stephanie Mamiek Harsono mengungkapkan, sekali sebulan mereka berkumpul di kapel ini. Dari sinilah, mereka melebarkan sayapnya di berbagai paroki di Kevikepan Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang (KAS). “Kami memperkenalkan devosi Kerahiman Ilahi kepada seluruh umat di berbagai paroki. Dengan demikian, umat akan terus memohon Kerahiman Ilahi kepada dunia, agar umat semakin sempurna dan mengandalkan Allah. Umat juga mampu berbelaskasih kepada setiap orang,” tuturnya.
Dari Mulut ke Mulut
Pewartaan atau sosialisasi devosi Kerahiman Ilahi baru dimulai tahun 2004 di Kevikepan Yogyakarta dari mulut ke mulut. Bermula dari perayaan Ekaristi pada Minggu Kerahiman Ilahi yang dipimpin Uskup Agung Semarang saat itu, Mgr Ignatius Suharyo.
JKKI Yogyakarta pun lalu berkembang ke setiap paroki. Mereka yang terlibat dalam perkembangan awal ini hanya delapan orang. Stephani menceritakan, dua tahun setelah diresmikan JKKI Yogyakarta mulai terorganisir. Meski tidak mudah masuk di sebuah paroki, akan tetapi pengurus JKKI Yogyakarta pantang menyerah. Mereka menyambangi paroki yang ada di sekitar Yogyakarta satu per satu. “Karena keteguhan dari para pewartanya, hingga saat ini komunitas berkembang ke 28 paroki. Para pengurus di setiap paroki terus terbentuk,” ujarnya.
Stepanie menerangkan, JKKI Yogyakarta mendapat “durian runtuh” tahun 2018. Mereka diizinkan menggunakan Kapel Seminari Tinggi St Paulus Kentungan untuk berkegiatan. Mulai saat itu, berbagai pertemuan dijalankan dan mempelajari Spiritualitas Kerahiman Ilahi.
Meski awalnya hanya 12 orang hingga 20 orang terlibat, Pastor Antonius Hari Kustono berkenan memberi pelajaran tentang Spiritualitas Kerahiman Ilahi. Stepanie menjelaskan, untuk menambah anggota, mereka menyebarkan selebaran di tiap paroki. Dengan itu, mereka mengundang siapa saja untuk bergabung dalam devosi dan pendalaman Spiritualitas Kerahiman Ilahi.
Visioner
Sebagai komunitas yang berdevosi kepada Kerahiman Ilahi, komunitas ini selalu didorong untuk menyalurkan belas kasih kepada setiap orang. Stephanie menerangkan, belas kasih dapat dijalankan melalui tiga tahap, yakni doa, perkataan, dan perbuatan.
Stefanie mengakui, JKKI Yogyakarta menjalankan berbagai program visioner agar mampu menyalurkan belas kasih. Komunitas ini secara rutin melakukan kunjungan kepada orang sakit, hadir, dan turut berduka bersama keluarga dari anggota yang meninggal. Selain itu, mereka juga melakukan pelayanan dan peduli kasih di penjara. Dalam setiap kesempatan, mereka memberikan penghiburan, merayakan Ekaristi dan pelayanan kepada para tahanan.
Para lansia di Panti Werda tidak lepas dari perhatian. Kegiatan ini dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu keempat. Komunitas ini juga melakukan kunjungan kepada para imam yang sudah lansia. Yang terakhir ini dilakukan setiap Sabtu dan Minggu kedua setiap bulan.
Bendahara JKKI Yogyakarta, Maria Vincentia Yenawati menambahkan, kegiatan yang sifatnya devosional tentu saja rutin dijalankan. Kegiatan devosional ini biasanya dijalankan bersama komunitas doa yang lain. Ia mencontohkan, JKKI Yogyakarta terlibat dalam Safari Adorasi. Kegiatan ini merupakan inisiatif Komisi Liturgi KAS.
Selama ini, Safari Adorasi ini melibatkan berbagai komunitas doa dan dijalankan di beberapa tempat ziarah. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menghidupkan tempat ziarah yang sudah dibangun. Dengan demikian tempat ziarah akan selalu dikunjungi dan dirawat. Di setiap ziarah akan dijalankan berbagai kegiatan katekese, devosi, Ekaristi.
Yena menambahkan, dengan berdevosi bersama komunitas yang lain, hal ini memampukan untuk semakin menyelami kekayaan devosi Gereja Katolik. Ia berkeyakinan, jangan sampai JKKI Yogyakarta hanya terkungkung dalam devosi Kerahiman Ilahi saja. Harus terbuka pada devosi yang lain. “Sebagai anggota Gereja yang kaya akan devosi, kita juga harus bergaul dengan devosi yang lain. Kita melakukannya mengingat kasih Allah begitu berlimpah sehingga dirayakan dengan berbagai macam cara termasuk berbagai ragam devosi,” jabarnya.
Mengalirkan Kasih
Devosi Kerahiman Ilahi merupakan kekayaan Gereja yang hendaknya dirayakan oleh setiap anggota Gereja sebagaimana diinginkan Santa Faustina agar setiap orang menimba Kerahiman Ilahi.
Stefanie mengatakan Santa Faustina dikenal sebagai rasul Kerahiman Ilahi di mana Yesus selalu menampakkan diri kepadanya. “Setiap anggota dipanggil untuk memberi kesaksian akan Kerahiman Ilahi. Hal ini tentunya dijalankan dalam tindakan nyata. Kalau hanya berhenti di devosi saja, tidak cukup,” tegasnya.
Apabila umat semakin memahami Kerahiman Ilahi, mereka akan terus mencari sumber dari kerahiman itu. “Kami mengajak umat beriman untuk berdevosi kepada Kerahiman Ilahi untuk merasakan belas kasih Allah yang tidak terhingga. Dengan demikian, umat beriman juga mau mengalirkan kasih itu kepada sesama, terutama yang membutuhkan,” ujar Stefanie.
Willy Matrona
HIDUP NO.19 2019, 12 Mei 2019