HIDUPKATOLIK.com – Dunia boleh menampakkan wajah kejamnya, tetapi kerahiman Allah senantiasa berkobar dalam pengampunan.
Gelombang nestapa semakin terasa kala prosesi pemakaman masal korban bom di Sri Lanka. Sebagi bentuk solidaritas bagi para korban, Gereja Katolik ritus Latin India mendedikasikan hari Minggu Kerahiman Ilahi pada tanggal 28 April lalu sebagai hari doa dan solidaritas.
Ketua Konferensi Waligereja India (Conference of Catholic Bishops of India /CCBI), Mgr Felipe Neri Ferrao, mengeluarkan seruan pada hari Rabu, CCBI mengundang para pemimpin utama kongregasi religius untuk bergabung dalam gerakan ini. Serangkain serangan rangkaian bom bunuh diri yang menghantam tiga gereja saat Minggu Paskah dan tiga hotel di Sri Lanka sudah memakan korban sedikitnya 500 orang.
Uskup Agung Goa dan Daman ini mendesak agar selama perayaan Ekaristi pada Minggu Kerahiman Ilahi, didaraskan doa-doa khusus, khususnya bagi jiwa-jiwa yang telah meninggal, orang-orang yang terluka, dan keluarga-keluarga yang terkena dampak serangan bom. Ia juga mendorong untuk mendoakan mereka yang terperosok secara batin dalam kesedihan dan kesakitan karena serangan ini. “Luangkanlah waktu doa khusus di hadapan Tuhan Yang Bangkit dalam Ekaristi, agar negara Sri Lanka dapat mengalami penyembuhan dan menerima karunia perdamaian,” ujarnya seperti dilansir www.vaticannews.va, (24/4).
Mgr Filipe menyarankan mengadakan prosesi cahaya lilin untuk menarik perhatian umat, guna mengenang tragedi mengerikan di Sri Lanka. Prosesi ini sekaligus undangan doa bersama bagi perdamaian dan keharmonisan di dunia.
Sementara itu, Konferensi Waligereja Katolik Sri Lanka (Catholic Bishops’ Conference of Sri Lanka/CBCSL) mendesak masyarakat untuk tetap tenang. Masyarakat didorong untuk bertindak dengan bijaksana dan menahan diri. CBCSL juga mendesak aparat keamanan pemerintah segera menggelar penyelidikan atas tragedi ini.
Cinta tanpa Batas
Pada hari yang sama, Paus Fransiskus juga menyerukan untuk menghentikan penyebaran kejahatan di dunia. Paus meminta umat Katolik agar secara total melampaui dalam hal mencintai dan memaafkan orang lain. “Yesus memasukkan kekuatan pengampunan ke dalam hubungan manusia. Dalam hidup, tidak semuanya diselesaikan dengan keadilan, ”ungkapnya dalam catholicherald.co.uk, 24/4.
Paus mengatakan, umat harus meletakkan barikade melawan kejahatan, sebab kejahatan akrab dengan balas dendam. Hal ini apabila dibiarkan akan menyebar dan mencekik seluruh dunia. “Seseorang harus mencintai melampaui apa yang diperlukan, untuk memulai kisah rahmat lagi,” kata Paus tegas.
Oktaf Paskah menjadi saat yang tepat untuk merenungkan mengenai keindahan pengampunan dan berdoa kepada Bapa untuk rahmat mengampuni orang lain. Yesus telah mengganti “hukum pembalasan” dengan “hukum cinta”. “Apa yang Allah telah lakukan untuk saya, saya mengembalikannya kepada Anda,” tuturnya.
Dalam katekesenya tentang Doa Bapa Kami, Paus mengajak umat merenungkan kalimat yang berbunyi, “Ampunilah kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami”. Dalam pengampunan, manusia menemukan ikatan antara cinta untuk Tuhan dan sesama. Paus menyatakan, Yesus mengampuni semua orang dan selalu mengampuni. Tidak ada dalam Injil yang menunjukkan Allah tidak mengampuni dosa orang-orang yang dibuang. “Cinta memanggil cinta, pengampunan memanggil pengampunan,” tandasnya.
Felicia Permata Hanggu
HIDUP NO.18 2019, 5 Mei 2019