HIDUPKATOLIK.com – Meditasi bukanlah tempat pelarian dari kenyataan hidup. Meditasi adalah kesempatan bertemu Tuhan untuk memperoleh kekuatan dalam menghadapi masalah kehidupan.
Suara Sebuah nyanyian yang cocok, dapat mengantar pada keheningan. Hening di sini berbeda dengan diam tak bersuara. Hening mampu membawa manusia pada kedamaian hidup. Sesuatu yang kini sulit didapat di kota besar seperti Jakarta.
Namun, keheningan semacam inilah yang terus dicari oleh Komunitas Meditasi Katolik Ancilla Domini (Ancilla Domini). Di hari-hari tertentu, anggota komunitas ini berkumpul di Ruangan Adorasi Gereja St Yakobus Kelapa Gading, Jakarta Utara. Di tempat ini, mereka mencari keheningan sekaligus berdoa.
Dengan Nyanyian
Meditasi tidak selalu identik dengan diam. Di Ancilla Domini, mereka menggunakan nyanyian-nyanyian tertentu untuk mengantar mereka pada kesunyian. Dari sana, mereka ingin menepi sejenak dari kebisingan kota.
Sebelum mulai sesi meditasi, setiap orang duduk bersila dengan tenang. Sesaat kemudian, sebuah nyanyian mulai diputar. Pada bagian-bagian tertentu, peserta meditasi pun ikut menyanyikan penggalan- penggalan nyanyian itu. Veronica Hendrajati Angkatirta mengatakan, dengan metode inilah, peserta meditasi diarahkan untuk mendengarkan suara yang paling jauh.
Sekretaris Ancilla Domini ini menjelaskan, meditasi tidak dapat sekali jadi, ini adalah sebuah proses yang berlangsung terus menerus. Sedangkan sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, meditasi akhirnya menjadi saat untuk menimba kekuatan dari Tuhan. “Ketaatan dalam menjalankan proses itu, akan mengantar setiap anggota, bukan hanya kepada keheningan, tetapi juga untuk berjumpa dengan Tuhan,” uajrnya.
Semakin sering seseorang melakukan meditasi, kualitas iman seseorang juga akan semakin berkembang. Kebersamaan yang terjalin dalam Ancilla Domini, akhirnya menjadi sarana untuk saling menguatkan. Veronica menjelaskan, dengan rajin berdoa, setiap orang akhirnya juga tergerak untuk terlibat lebih banyak dalam kehidupan menggereja.
Menjawab Kerinduan
Awalnya, benih Ancilla Domini berangkat dari kerinduan beberapa orang untuk berkumpul, berdoa, merenungkan, dan membaca Kitab Suci. Sejak awal, orang yang bergabung dalam Ancilla Domini tidak hanya berasal dari Paroki Kelapa Gading. Atas dukungan Pastor Hario Subianto CM, kelompok yang semula berjumlah delapan orang itu pun mulai berkumpul untuk meditasi bersama di rumah Alice Budiana di daerah Kelapa Gading. Pertemuan pertama itu, bertepatan pada Hari Raya Kabar Sukacita, 25 Maret 1996 . Inilah awal komunitas ini.
Selang dua tahun, Ancilla Domini bergabung dalam Pertemuan Mitra Kategorial (Pemikat) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) pada 10 Maret 1998. Vero menjelaskan, saat itu juga, mulai dibuka kelas meditasi di toko buku Via Vitae dan di Gereja St Anna, Duren Sawit, Jakarta Timur. Tanggal Mei 2002, Ancilla Domini diterima sebagai kelompok kategorial di Paroki Kelapa Gading. Meski begitu, peserta juga berasal dari paroki lain.
Tempat meditasi pun sempat berpindah beberapa kali sampai akhirnya menemukan tempat yang akhirnya digunakan saat ini. Vero mengingat, kelompok yang berawal dari kelompok delapan ini, kemudian bertambah banyak, dan kini berjumlah 45 orang.