web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Mahendra Datu : Panggilan untuk Berjejaring

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Selalu ingin mengenal dengan baik orang yang dijumpai, di situlah awal berjejaring.

Memasuki usia emasnya, Mahendra Datu tak mau begitu saja ketinggalan zaman. Semua sosial media ia gunakan. Mulai dari Facebook hingga Linkedin. Baginya, berkawan dan berjejaring adalah hal yang nikmat. Meski telah memiliki begitu banyak jaringan dalam dunia korporasi, Mahendra, demikian ia disapa, tetap merasa perlu menjalin hubungan melalui dunia maya.

Pria berdarah Jawa ini, merasakan pentingnya membangun networking atau jejaring saat terjun ke dunia bisnis pada tahun 1995. Setelah menyelesaikan studi di Amerika Serikat dan belum lama bekerja, Mahendra mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan master dan doktoralnya di salah universitas di Singapura. Kembali ke tanah air, putra kedua dari tiga bersaudara ini melanjutkan kariernya di bidang yang sama.

Semangat Berbagi
Dunia manajemen dan inovasi rupanya begitu menarik bagi Mahendra. Banyak hal yang ia pelajari. Berkecimpung di dalamnya, juga membuat ia menyadari bahwa iklim bisnis menuntut orang untuk berjejaring, membangun relasi dengan siapa saja. Ia juga mengakui, sepanjang kariernya, ia tak pernah pelit ilmu. Apapun yang bisa ia bagikan kepada rekan dan perusahaan, akan ia bagikan tanpa pamrih.

Dengan modal pengalaman dan ilmu yang ia punya, Mahendra merasa sudah bisa membantu perusahaan-perusahaan yang bermasalah atau sekadar ingin melakukan pengembangan. Ia kemudian memutuskan untuk menjadi trainer. Untuk bidang ini, jaringan menjadi salah satu modal utamanya.

Sebagai seorang corporate trainer, Mahendra membantu transformasi bisnis suatu perusahaan. Ia menilai, orang-orang yang bekerja di perusahaan itu adalah unsur penting yang harus diperhatikan. Untuk itu, para peserta training juga kerap ia berikan pelatihan soft skill dan kepemimpinan. Training pada perusahaan biasanya akan berakhir dengan konsultasi.

Metode pelatihan yang diterapkan Mahendra tidak hanya berupa pelatihan di dalam kelas. Untuk memahami bagaimana suatu perusahaan berjalan, maka setiap orang harus melihatnya dari dekat. Maka, selama pelatihan, ia pun kerap mengajak top eksekutif perusahaan-peusahaan untuk saling bertukar gagasan dan saling belajar. Tak jarang, ia mengajak mereka yang di Jakarta berkunjung ke perusahaan-perusahaan di Surabaya, Jawa Timur, begitu pula sebaliknya. “Bahkan saya pernah membawa mereka, para pemimpin perusahaan ini, belajar hingga keluar negeri, seperti Shanghai, Tiongkok dan Silicon Valley di San Fransisco, Amerika Serikat,” ujarnya.

Mahendra berkeyakinan, dengan cara ini mereka akan mampu melihat gejolak disrupsi ekonomi dan dunia startup di sana seperti apa. Selain bertukar kunjungan, Mahendra juga membawa mereka belajar di kampus-kampus terbaik dunia. “Saya ingin ketika mereka kembali, mereka mempunyai gambaran apa yang terjadi di luar sana,” tuturnya.

Tak Selalu Berhasil
Tidak semua trainer bisa melakukan apa yang Mahendra lakukan. Ia mengakui kesempatan-kesempatan itu adalah berkat jaringan yang ia bangun. “Saya selalu ingin mengenal dengan baik, siapapun yang saya jumpai. Di situlah awal kita berjejaring,” ungkapnya.

Meski mendapat banyak kepercayaan untuk membantu berbagai macam perusahaan yang bergerak di berbagai bidang yang berbeda, Mahendra tak menampik bahwa ia pun tidak selalu berhasil membantu perusahaan. Di salah satu perusahaan yang sangat tradisional yang pernah menjadi kliennya, ia mengisahkan tidak ada masalah finansial yang menjerat. “Bahkan tanpa saya pun, bisnis perusahaan ini tetap berjalan,” tambahnya.

Perusahaan ini ingin bertransformasi menjadi perusahaan profesional. Mahendra pun turun tangan untuk membantu. Alhasil, perusahaan itu pun bertransformasi menjadi lebih profesional. Namun, setelah menjadi profesional, pengambilan keputusan dalam perusahaan ini tetap ada di tangan keluarga.

Lemahnya komitmen perusahaan untuk berubah, membuat banyak perusahaan tampak profesional tetapi sebenarnya rapuh di dalam. Sebagai trainer dan konsultan, Mahendra berupaya agar kliennya bisa menjadi perusahaan yang lebih transformatif, operasionalnya lebih efisien, bisnisnya lebih produktif, dan orang-orangnya mempunyai etos kerja yang baik. Namun, ia juga mengatakan komitmen kuat perusahaan untuk berubah juga tidak kalah penting.

Terus Belajar
Perkembangan zaman yang kian pesat, membuat Mahendra harus terus up to date. Tak sekadar menjadi trainer, Mahendra juga tidak begitu saja melepaskan diri dari kehidupan korporat yang sesungguhnya. Saat ini, ia menjadi direktur salah satu perusahaan minyak dan gas dan mempimpin sebuah lembaga konsultan korporat, menjadi direktur pengembangan usaha.

Bagi Mahendra, mengajar orang lain tanpa mengetahui lebih baik berarti menipu orang lain dan diri sendiri. Karenanya ia juga mengajar sebagai dosen tamu (praktisi) di Magister Manajemen serta Magister Akuntansi di Universitas Katolik Atma Jaya. Dengan demikian, ia selalu tertantang untuk bisa “menguasai” kelas. Apalagi, para mahasiswanya datang dari berbagai latar belakang. “Long life learning dan menggunakan talenta sebaik mungkin itu yang membuat saya terus maju,” ungkap pria yang gemar melukis ini.

Memainkan beragam peran dalam dunia profesionalnya terkadang melelahkan. Namun, Mahendra mengakui, apa yang telah ia geluti dirasakannya sebagai sesuatu yang begitu dinikmati. “Apalagi berjejaring, rasanya sudah menjadi panggilan saya,” tutur ayah satu anak ini.

Mahendra mengatakan kesenangannya berelasi dengan orang lain membuatnya menjadi 100% Katolik, 100% Indonesia, dan 100% corporateman. Di tengah berbagai kesibukannya, Mahendra tak absen dari katerlibatannya di masyarakat. Selain aktif dalam Sie Hubungan Antar-Agama dan Kemasyarakatan di Lingkungan St. Louis, umat Paroki St. Monika Bumi Serpong Damai ini juga aktif melayani evangelisasi Kristiani di Gereja-Gereja Inter-Denominasi salah satunya melalui Haggai Institute Alumni Indonesia.

Mahendra mengaku senang melayani di tengah komunitasnya. Hal ini pula yang membuatnya bersedia diberi tanggung jawab sebagai Ketua RT. Di RT yang mayoritas adalah umat Islam, Mahendra mau menyatakan pelayanannya sebagai kesaksian imannya. “Bagi saya selagi bisa menginspirasi dan kalau bisa menjadi panutan, kenapa tidak kita lakukan?”

Mahendra K. Datu

Lahir : Yogyakarta, 23 Januari 1970
Istri : Caroline Sylviana
Anak : Joyce Maria Datu

Pekerjaan : Konsultan Korporat

Pendidikan :
• Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada, lulus 1994
• Master dan Doktoral di National University of Singapore, lulus 2003
• Program pengembangan eksekutif dan profesional di Astra Management Development      Institute, Indonesian Institute for Corporate Director di Harvard University, Haggai          Institute, dan Stanford University.

Pengalaman lain :
• Astra Internasional
• Peneliti The Asian Banker
• Instruktur di beberapa asosiasi profesi seperti IAI, IAPI, CIMA dan CPA Australia

Hermina Wulohering

HIDUP NO.18 2019, 5 Mei 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles