HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh rubrik Konsultasi Keluarga terkasih, bagaimana caranya menyadarkan orangtua tentang kondisi mental yang saya alami sekarang. Apakah saya harus menangis atau self harm di depan mereka agar mereka mengerti perasaan saya? Saya mencoba untuk berterus-terang kepada mereka tentang kondisi saya secara jujur. Saya terpukul karena teman-teman di sekolah selalu mengolok kondisi fisik saya. Namun, respons orangtua justru membuat saya makin terpukul. Mereka menyebut saya lebay (berlebihan). Bagaimana caranya agar orangtua saya lebih peka dengan peristiwa yang saya alami?
Laurensia Pratiwi, Jakarta
Salam jumpa dan kenal saudari Laurensia Pratiwi. Setelah membaca permasalahanmu, saya mencoba untuk mengerti dan memahami. Saya juga bertanya-tanya, sebetulnya apa yang terjadi dengan kondisi fisik Anda?
Saya menangkap, Anda merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan orangtua secara tepat. Memang, kesalahapahaman dalam berkomunikasi bisa menciptakan situasi yang tak mengenakan. Cobalah cari suasana yang tepat untuk mengungkapkan perasaan atau kekesalan Anda kepada orangtua.
Sebaiknya Anda mencoba untuk menyesuaikan dengan waktu dan situasi batin orangtua bila berencana mengungkapkan yang Anda alami. Langkah ini agar mereka fokus menyimak yang Anda utarakan. Dengan demikian, orangtua juga akan berusaha menanggapi persoalan Anda. Selain itu sebaiknya tidak pada saat orangtua sedang jengkel atau marah atau ‘mood’-nya sedang tidak baik, sehingga hati juga lebih lapang, pikiran lebih jernih dan terbuka untuk memberikan solusi secara lebih tepat.
Usaha Anda untuk mengutarakan persoalan kepada orangtua menurut saya sudah tepat. Namun, usahakan untuk mengungkapkannya secara jujur kepada orangtua, sehingga Anda tak sendirian merasakan beban persoalan tersebut. Selain itu, bebannya tidak hanya dirasakan sendiri dan orangtua akan membantu juga memecahkan masalah tersebut. Janganlah berkecil hati jika orangtua belum menanggapi seperti yang Anda harapkan, mungkin situasi belum memungkinkan. Tak ada orangtua yang tak mau membantu masalah anaknya.
Tidak ada salahnya menangis di hadapan orangtua, supaya lebih melegakan hati dan sedikit meringankan beban yang Anda rasakan. Namun sebaiknya tidak berlarut-larut, supaya Anda dapat berpikir lebih jernih dan bertindak secara rasional. Apalagi sampai terjadi self harm. Sebaiknya, hal tersebut tak perlu terjadi sebab tak ada gunanya, karena kenyataannya masalah tak terselesaikan, malah dapat menimbulkan masalah baru.
Tenangkan pikiran, satukan hati, dan tetaplah berdoa, untuk dapat menyampaikan ke orangtua, sehingga pemecahan masalah juga tepat. Namun, tetap menyesuaikan dengan situasi atau kondisi orangtua dan kesiapan hati, juga ketenangan dari diri Anda. Tetaplah berterus terang kepada orangtua dan percayalah bahwa orangtua pasti mendengarkan, memahami, dan akan membantu pemecahan masalah.
Orangtua, selalu sediakan waktu untuk anak. Apalagi jika anak mencoba untuk mengungkapkan isi hati, pikiran, atau sedang mempunyai masalah. Dengan demikian kepercayaan anak kepada orangtua tak berkurang. Anak juga akan bersedia untuk bersikap jujur atau berani berterus terang kepada orangtua yang dialaminya.
Orangtua perlu meluangkan waktu untuk mendengarkan, memberikan solusi, dan mendukung anak. Jangan justru melemahkan kemampuan anak, misal dengan mencapnya lebay (berlebihan) atau selalu mmenganggap anak tak mampu mengatasi masalah dan kurang mandiri. Dukunglah anak Anda untuk lebih percaya diri, kuat, dan selalu bersikap jujur kepada orangtua. Berbahagialah mereka yang memiliki anak yang mengutamakan orangtua sebagai tempat curhat, daripada menomorsatukan teman atau orang lain.
Emiliana Primastuti
HIDUP NO.18 2019, 5 Mei 2019