Pendampingan selama Misi Umat ini juga mencakup memberi kursus penerimaan Sakramen Ekaristi, Sakramen Baptis, dan Sakramen Perkawinan. Pastor Willy menegaskan, pendampingan kepada anak-anak, remaja, OMK, fungsionaris basis dan kelompok-kelompok sosial ekonomi akan mendapat perhatian penting.
Mendaratkan Teologi
Saat ini, wilayah pelayanan Kongregasi Redemptoris Indonesia meliputi Keuskupan Weetebula di Pulau Sumba dan Keuskupan Larantuka di Pulau Flores. Di tanah misi ini mereka menghidupkan semangat pendiri, Santo Alfonsus Maria de Liguori. Karya Misi Umat tentu mengalir dari semangat sang santo, yang melayani orang-orang terpinggirkan, miskin, dan terlantar.
Pastor Willy mengungkapkan, setelah beberapa waktu berjalan, ia menilai Misi Umat telah memberi dampak positif bagi pengembangan iman umat. Menurutnya, hal ini sesuai dengan misi karya Misi Umat, yakni membarui dan meningkatkan mutu iman umat. Ia melihat, Misi Umat harus berusaha menjadikan umat dapat bergerak bersama menuju umat yang saling memperhatikan, saling mencintai, dan saling mendukung. “Saya melihat partisipasi umat dalam peribadatan semakin tinggi. Umat juga semakin sadar akan perannya dalam karya pelayanan Gereja,” ujarnya.
Berkat Misi Umat ini, gerakan pastoral anak-anak, orang muda, dan pendampingan pasangan suami istri semakin berkembang. Pastor Willy, mengungkapkan, jumlah umat pun semakin bertambah. Ia mengakui, dengan kehadiran para misionaris, hal ini akhirnya menambah semangat anggota Tim Penggerak Umat (TPU) untuk melakukan pendampingan secara lebih serius. “Mereka juga bertambah semangat untuk memperkaya pengetahuan dan kadar iman mereka agar bisa berbagi kepada umat dampingan mereka,” ujarnya.
Dalam menyukseskan Misi Umat ini, umat dan para misionaris bahu membahu menyisihkan uang mereka. Umat juga dilibatkan dengan memberi makan, minum hingga menyediakan posko.
Teologi Proyek
Studi teologi dengan metode proyek yang dikembangkan di Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta telah menjadi inspirasi utama dari program Misi Umat ini. Misi Umat benar-benar dirasakan oleh umat, mengingat para misionaris hidup bersama umat atau live in. “Melalui Misi Umat, para misionaris akan merasakan bau keringat umat secara langsung,” ujar Pastor Willy.
Lebih lanjut Pastor Willy menjelaskan, Misi Umat membuatnya semakin dekat dengan umat. Ia mengakui, kedekatan ini akhirnya menjadikan Gereja nyata hadir di tengah umat. Melalui Misi Umat, para pelayanan pastoral akan semakin mengenal kondisi beriman umat secara nyata. “Studi teologi dengan metode proyek di Kentungan menjadi dasar yang baik untuk mendaratkan teologi dan berteologi dari konteks atau akar rumput,”paparnya.
Menurut pengakuan Pastor Willy, para misionaris benar-benar menyatu dengan umat, bahkan makan dari makanan yang disediakan umat. Dari perjumpaan demi perjumpaan, umat sangat gembira didatangi, diajak berbicara, dan diberikan solusi atas berbagai persoalan. Permasalahan yang diselesaikan mulai dari persoalan administrasi Gerejawi hingga kondisi pendidikan dan kesehatan di wilayah ini.
“Umat juga sangat terbantu dalam penyelesaian aneka persoalan sakramen. Kebahagian lain adalah bahwa rumah dan kampung mereka didatangi. Para misionaris tanpa sungkan duduk di bale-bale, makan dan minum bersama mereka,” kata Pastor Willy.
Kedekatan dengan umat akan menumbuhkan iman, baik bagi umat sendiri, maupun juga para misionaris yang berkarya. Provinsial CSsR Provinsi Indonesia Pastor Yoakin Rambaho Ndelo CSsR menegaskan, kehadiran para misionaris selama tiga bulan, menjadi momentum terbaik untuk berefleksi. Perjumpaan ini akan menciptakan hidup beriman yang semakin berkualitas. “Semoga pembaruan yang dilewati bersama melalui Misi Umat bukan hanya penerimaan aneka sakramen yang meningkat, tapi persatuan dan kesatuan semakin terbina,” harapnya.
Emanuel Dapa Loka/Antonius E. Sugiyanto
HIDUP NO.15 2019, 14 April 2019