web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Susilowati Koopman : Berkat Melalui Sampah

Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – “Dulu tidak ada yang peduli pada sampah, tapi setelah ada bank sampah dan kita sosialisasi, sampah bisa menjadi berkat buat orang lain.”

Keindahan alam Pulau Flores tepatnya Kabupaten Sikka serta masyarakatnya yang ramah dan penuh persaudaraan mencuri hati Susilowati Koopman saat pertama kali ia menginjakkan kakinya di sana. Kala itu, tahun 1997, suaminya membawa ia ke sana untuk meminta pertimbangannya sebelum mengiyakan “pemindahan tugas” dari Pakistan.

Calon kantor sang suami mengadakan piknik bersama ke salah satu pantai dan semua karyawan membawa keluarganya. Kala itu, perempuan yang akrab disapa Susi ini, begitu terkesan dengan suasana kekeluargaan yang ia rasakan. “Mereka menumpang kendaraan yang sama, membawa bahan makanan dan memprosesnya di pantai bersama, lalu berenang, bermain, menari bersama di pantai. Saya belum pernah melihat yang seperti itu sebelumnya dan saya langsung jatuh cinta pada tanah ini,” ujarnya.

Setelah beberapa tahun menetap di Maumere, Susi dan keluarganya memutuskan untuk mendirikan hunian tepat di bibir Pantai Paris, Lokaria. Adalah kebiasaan warga setempat menghabiskan hari libur di pantai. Sayang, banyak yang belum sadar menjaga kebersihan lingkungan. Sampah-sampah plastik sering ditinggalkan begitu saja di pinggir pantai lalu hanyut dibawa ombak.

Begitu musim barat tiba, Susi juga para penghuni Pantai Paris yang lain akan mendapatkan hadiah sampah-sampah yang dikirim ombak tepat di pekarangan rumahnya. Musim barat tidak sebentar, ia berlangsung selama berminggu-minggu. “Saat itu saya bingung harus berbuat apa dengan sampah-sampah yang semakin hari semakin bertambah. Mau dibakar pun tidak bisa karena sampahnya basah,” kenangnya.

Menabung Sampah
Saat melakukan perjalanan ke Pulau Jawa, Susi menyempatkan untuk mencari informasi mengenai bank sampah. Juga ketika mengunjungi Bali, ia mengambil waktu khusus untuk belajar mengelola sampah dari seorang bapak yang sukses mengelola sampah warga di sekitar Pelabuhan Benoa. Sampah organik dikelola menjadi pupuk untuk kebun contoh sementara sampah non-organik dipilah kemudian dijual.

Kembali ke Maumere, ibu empat anak ini bertekad menerapkan apa yang telah ia pelajari. Pada 14 Februari 2014, Susi mendirikan Bank Sampah Flores. Hari Kasih Sayang tidak asal dipilih. Susi melihat setiap Hari Valentine, para remaja mengungkapkan kasih sayang dengan cokelat dan beragam bentuk kado. Sementara tidak ada yang memikirkan sampah dari kado-kado ini akan ke mana.

Bank sampah yang Susi dirikan juga menjadi wujud kasih sayangnya kepada lingkungan di mana dia berada. Ia berharap, masyarakat dapat menabung sampah, lalu sampah itu bisa dikelola melalui proses daur ulang, dan nantinya dijual kembali. Dengan konsep “bank” ia berharap lebih mudah untuk mengetuk hati masyarakat, agar peduli sampah karena dapat diubah menjadi uang.

Bukan perkara mudah mensosialisasikan bank sampah kepada masyarakat Maumere. Selain karena bank sampah adalah sesuatu yang baru, Susi juga tidak mempunyai cukup dana untuk mengkampanyekan apa yang baru ia mulai.

Akhirnya, Susi memulai dengan mengunjungi lembaga-lembaga pemerintah. Pertama yang ia datangi adalah Kantor Kecamatan Kewapante. Kantor kecamatan ini memang kerap digunakan oleh masyarakat untuk menyelenggarakan bermacam kegiatan. Beruntung, pada hari ia berkunjung, sedang ada pertemuan Majelis Pembimbing Gugus Depan Gerakan Pramuka. Majelis ini beranggotakan para kepala sekolah dari beberapa kecamatan. Atas persetujuan camat, Susi mensosialisasikan bank sampah saat break.

Siapa sangka, beberapa kepala sekolah menyambut baik penjelasan tentang “bank sampai” dari Susi. Sejak itu, ia dan timnya kemudian lebih leluasa mendapatkan tempat untuk mensosialisasikan bank sampah sekaligus mengedukasi anak-anak sekolah untuk memilih dan memilah sampah. Anak-anak di desa pun mulai mengumpulkan sampah, tidak hanya di sekolah tetapi juga di lingkungan rumahnya. “Sampah-sampah itu mereka bawa ke sekolah untuk nantinya diambil oleh Susi dan tim bank sampahnya,” ujar Susi.

Mulai Tersebar
Melalui jaringan kepala sekolah dan camat, inisiatif menabung sampah mulai tersebar. Setiap ada kegiatan di desa yang mengumpulkan cukup banyak warga, Bank Sampah Flores diberi kesempatan untuk melakukan sosialisasi. “Dengan nebeng kegiatan-kegiatan ini kami bisa sosialisasi gratis. Tuhan selalu kasih jalan bila niat kita baik,” ujarnya.

Banyaknya sekolah dan masyarakat yang berhasil disapanya, membuat Susi kian bersemangat. Ia lalu menembus ke pasar-pasar. Di pasar yang terbuka, ia rela berpanas layaknya para pedagang.

Susi mengakui, saat bersosialisasi di pasar lebih mudah baginya menjangkau masyarakat yang sederhana ketimbang mereka yang dari penampilannya tampak lebih maju. Orang-orang ini cenderung menunjukkan sikap yang kurang peduli. Padahal tujuan Susi tak lebih dari menyebarkan informasi sehingga semakin banyakwarga yang paham.

“Kalau zaman dulu buang sampah sembarang tidak masalah. Hal ini karena sampahnya organik, sehingga akan terurai dalam dua sampai enam bulan. Namun, sekarang apa yang dikonsumsi masyarakat umumnya menghasilkan sampah anorganik, seperti jajanan dengan kemasan plastik,” kata Susi.

Menurutnya, masyarakat kini membeli suatu produk hanya karena mudah dan enak. Mereka tidak menyadari betapa panjangnya waktu yang dibutuhkan agar sampah-sampah yang dihasilkan terurai. Susi menyebutkan, data yang ia peroleh, dari total 21 kecamatan yang ada di Kabupaten Sikka, hanya ada tiga yang mendapatkan pelayanan pengambilan
sampah dari pemerintah. Alhasil sampah-sampah yang tak tertangani ini bertebaran di mana-mana; di jalan, di parit, di kebun, sampai di laut.

Susi menjelaskan, sampah di daratan akan mencemari tanah dan berpengaruh pada pertanian. Sementara di laut, sampah plastik akan menjadi mikroplastik yang dimakan oleh plankton. Plankton ini akan dimakan ikan, dan ikan itu dikonsumsi oleh manusia. “Pada akhirnya sampah yang kita buang itu, kita makan kembali,” ujarnya.

Menjadi Berkat
Sampah yang ia peroleh dari masyarakat sebagian dipakai kembali sebagai bahan kerajinan tangan yang bermanfaat. Sebagian lagi dikirim kepada pihak ketiga di Pulau Jawa untuk didaur ulang.

Selama ini, Susi melibatkan kaum difabel untuk membantunya mengelola bank sampah. Ia merangkul belasan difabel bukan karena iba. Melibatkan mereka berarti membantu meningkatkan rasa percaya diri mereka karena mereka merasa berguna. “Kalau selama ini orang beranggapan bahwa difabel adalah beban keluarga, di sini mereka justru mendapatkan penghasilan sendiri. Ini tentang kesempatan untuk mereka,” ungkap Susi.

Bank sampah yang Susi inisiasi ini kini telah menjamur ke beberapa kabupaten tetangga. Meski demikian, bank ini jauh dari keuntungan materi. Baginya, melihat perubahan pada masyarakat sebelum dan sesudah mendirikan bank sampah dan melakukan edukasi adalah hal yang luar biasa. “Dulu tidak ada yang peduli pada sampah, tapi setelah ada bank sampah dan kita sosialisasi, sampah bisa menjadi berkat buat orang lain.”

Susi memilih untuk mendedikasikan waktu dan pelayanannya bagi lingkungan Maumere. Ia ingin waktu dan hidupnya berguna bagi lingkungan dan sesama. “Pengelolaan sampah yang terbaik adalah bukan mendaur ulang sampah, melainkan bagaimana kita bisa mengurangi sampah dengan bijak,” imbuhnya.

Susilowati Koopman

Pekerjaan : Direktris Bank Sampah Flores
Lahir : Temanggung, Jawa Tengah, 3 November 1967
Suami :
– Hermanus Wilhelmus
– Petrus Koopman
Anak-anak :
– Jacobus Petrus Koopman
– Bartholomeus Wilhelmus Koopman
– Marlies Suzanne Koopman
– Isabel Fermanda Koopman
Pendidikan :
– SPK Dirgahayu Samarinda
– John Robert Powers Indonesia
– LP3I Bali
Pekerjaan :
– Perawat – RS Dirgahayu Samarainda
– Perawat – RS St. Yoseph Tering, Kalimantan Timur
– Pelatih Kader Kesehatan – CARE International
– Pemilik Pantai Paris Homestay
– Relawan difabel
– Pelatih daur ulang sampah
– Pelatih Green Indonesia
– Koordinator Program I’a A Trash Hero Chapter Maumere
– Relawan Ibu-ibu Penenun Ikat Maumere

Hermina Wulohering

HIDUP NO.19 2019, 14 April 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles