web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Jatuh Bangun Keuskupan Sukarnapura

Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Sejak masuknya Gereja di Jayapura, sudah ada misionaris Protestan. Lewat karya Roh, para misionaris mampu meletakkan dasar iman yang kuat.

Pastor Le Cocq d’Armandville, SJ adalah misionaris Belanda pertama yang membuka misi Katolik di Papua. Ia mulai bekerja di dekat Fak-Fak pada 22 Mei 1894. Sebelum kehadirannya, 39 tahun sebelumnya, dua pendeta Protestan sudah mulai mewartakan Injil di Pulau Mansinam dekat Manokwari. Sayang, Pastor Cocq meninggal dunia hanya satu tahun sesudah kedatangannya. Pos misi Katolik di Fak-Fak pun ditutup, meski sudah ada beberapa umatnya.

Tahun 1902 didirikan Prefektur Apostolik Nederlands Nieuw Guinea yang meliputi seluruh wilayah sebelah timur Ternate dan yang dipercayakan kepada Tarekat MSC. Pada tahun 1905 beberapa misionaris MSC membuka pos misi Katolik di Merauke dan mereka berangsur-angsur membuka pos-pos misi di seluruh wilayah selatan Tanah Papua.

Hanya saat itu, Pemerintah Belanda (atas desakan Gereja Protestan, menentukan garis pemisah antara Gereja Protestan dan Gereja Katolik tahun 1912). Gereja Protestan boleh bekerja di seluruh daerah Utara sampai Pegunungan Tengah Papua sedangkan Gereja Katolik boleh bekerja di daerah Selatan saja.

Prefektur Apostolik
Walaupun garis pemisah itu dihapuskan secara resmi pada tahun 1927, prakteknya Gereja Katolik masih lama dipersulit. Akibatnya hampir semua orang Papua di daerah Utara menjadi Protestan. Setelah beberapa keluarga Indo pindah dari Jawa ke beberapa tempat di Papua bagian utara pada tahun 1930-an, mereka hanya boleh dikunjungi oleh seorang pastor dari Ternate atau Ambon, itu pun tidak boleh berlama-lama.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Beberapa misionaris MSC akhirnya berhasil membuka pos Misi Katolik di daerah Kepala Burung dan Pater Tillemans MSC membuka beberapa pos di Pegunungan Paniai. Melihat wilayah pelayanannya menjadi terlalu luas, pihak MSC minta Tarekat Fransiskan di Belanda untuk mengambil alih daerah Utara dari Prefektur Apostolik Nederlands Nieuw Guinea. Pada tahun 1937, para misionaris OFM mengambil alih pos-pos Misi dari MSC. Mereka berangsur-angsur memperluas wilayah pelayanan mereka ke daerah Keerom. Pada tahun 1950-an, pelayanan mereka sampai ke seluruh daerah Pegunungan Tengah Papua.

Sejak tahun 1945 Gereja Katolik juga memindahkan pusatnya ke Abepura/Jayapura dan pada tahun 1950 Sri Paus mendirikan Prefektur Apostolik Hollandia (Jayapura), yang dipercayakan kepada OFM, yang meliputi seluruh wilayah Utara Tanah Papua, termasuk daerah Pegunungan Tengah.

Pada tahun 1954 Prefektur Apostolik Hollandia menjadi Vikariat Apostolik Hollandia (Jayapura) yang dipimpin oleh Uskup Manfred Staverman, OFM. Tiga tahun kemudian, pada tahun 1959, wilayah bagian Barat dari Vikariat Hollandia menjadi suatu Prefektur Apostolik tersendiri yang dipercayakan kepada Ordo Agustin (OSA).

Pada waktu pergantian pemerintahan atas Tanah Papua dari tangan Belanda ke tangan Indonesia tahun 1963, terjadi suatu perubahan dalam komposisi umat Katolik karena orang Belanda berangkat dan makin banyak orang Katolik dari seluruh wilayah Indonesia bermigrasi ke Propinsi Papua. Pada tahun 1966 Vikariat Apostolik Hollandia menjadi Keuskupan Sukarnapura (Jayapura).

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Tahun 1972 Mgr Herman Munninghoff OFM menggantikan Mgr Staverman OFM dan menggembalakan umat selama 25 tahun. Pada tanggal 10 April 1994 Pastor Leo Laba Ladjar OFM ditahbiskan menjadi Uskup Auxilier dan pada tanggal 10 September 1997 diangkat menjadi Uskup Jayapura.

Dalam tahun-tahun pelayanan Mgr Leo, Provinsi Papua dimekarkan dengan menambah beberapa kabupaten baru. Pada tahun 2004, Keuskupan Jayapura dibagi dua: bagian barat menjadi Keuskupan Timika dan bagian Timur tetap Keuskupan Jayapura.

Dari Prefektur ke Keuskupan
Prefek Apostolik Hollandia (12 Mei 1949)
Mgr Oscar Cremers OFM (3 Juni 1949–1954, wafat), Sede vacante (1954–29 April 1956)

Vikariat Apostolik Hollandia (14 Juni 1954)
Mgr Rudolf Joseph Manfred Staverman OFM (29 April 1956–28 Juni 1963)

Vikariat Apostolik Kota Baru (28 Juni 1963)
Mgr Rudolf Joseph Manfred Staverman OFM (28 Juni 1963–12 Juni 1964)

Vikariat Apostolik Sukarnapura (12 Juni 1964)
Mgr Rudolf Joseph Manfred Staverman OFM (12 Juni 1964–15 November 1966)

Keuskupan Sukarnapura (15 November 1966)
Mgr Rudolf Joseph Manfred Staverman, O.F.M (15 November 1966–25 April 1969)

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Keuskupan Djajapura
– Mgr Rudolf Joseph Manfred Staverman OFM (25 April 1969–6 Mei 1972)
– Mgr Herman Ferdinandus Maria Münninghoff OFM (6 Mei 1972–22 Agustus 1973)

Keuskupan Jayapura
– Mgr Herman Ferdinandus Maria Münninghoff OFM (22 Agustus 1973–29 Agustus 1997)
– Mgr Leo Laba Ladjar OFM (Uskup Auksilier: 6 Desember 1993–29 Agustus 1997)
– Mgr Leo Laba Ladjar OFM (29 Agustus 1997–sekarang)

Pelayanan Pastoral
Imam Diosesan : 19 orang
Imam Klerikal : 40 orang
Misionarii Sacratisimi Cordis Jesu (MSC), Ordo Fratrum Minorum (OFM), Ordo Fratrum Minorum Capuccinorum (OFMCap), Ordo Sancti Agustini (OSA), dan Societas Verbi Divini (SVD).

Tarekat Laikal (Bruder/Frater) : 70 orang
Ordo Fratrum Minorum (OFM), dan Ordo Sancti Agustini (OSA).

Suster Laikal (Suster): 49 orang
Kongregasi Suster Fransiskan Santo Gregorius Martir (FSGM), Societas Jesu Maria Joseph (JMJ), Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (KSFL), Ordo Santa Ursula (OSU), Kongregasi Putri Reinha Rosari (PRR), Sorores Minores Sancti Josephi (SMSJ), Servae Spiritus Sancti (SSpS).

Wilayah Pastoral
•- Dekanat Jayapura (9 paroki)
•- Dekanat Arso-Keerom (5 paroki)
•- Dekanat Pegunungan Tengah (9 paroki)
•- Dekanat pegunungan Bintang (4 paroki)

Frans Lieshout OFM
Sejarawan dan Misionaris di Jayapura

HIDUP NO.14 2019, 7 April 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles