web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Sengsara Yesus di Tahun Politik

Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Perayaan Minggu Palma harusnya menjadi perayaan sukacita umat beriman. Perayaan ini menjadi bermakna karena berbarengan dengan persiapan pesta demokrasi.

Perayaan Minggu Palma umat Paroki Santo Yusuf Ambarawa dilaksanakan di Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA), Minggu, 14/4. Misa ini diikuti ribuan umat dengan pemberkatan daun palma dilaksanakan di depan area Panti Wreda Maria Sudarsih atau area parkir GMKA.

Dari area parkiran GMKA, umat berarak sebagai visualisasi penyambutan Yesus masuk Kota Yerusalem dilakukan menuju taman doa dan berlanjut ke kompleks GMKA. Arak-arakan diawali misdinar, anak-anak sekolah minggu dari berbagai wilayah dan stasi, para pro diakon, imam, paduan suara, dan umat. Misa kudus tahun ini dipimpin Pastor Thomas Surya Awangga Sulistyo SJ.

Dalam pesannya, Pastor Awangga mengatakan, Minggu Palma merupakan awal rangkaian Pekan Suci dan bukan rangkaian sepotong. Daun palma yang kita bawakan sebagai simbol, tahun depan akan dibakar sebagai penanda awal Masa Prapaskah (Rabu Abu). Banyak simbol dipakai dalam melaksanakan Pekan Suci. Kamis Putih dengan penyucian kaki, Jumat Agung dengan penghormatan salib dan Malam Paskah dengan penyalaan lilin. “Dan daun palma merupakan lambang kemenangan, kedamaian, dan keabadian,” ucapnya.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Ia melanjutkan, merayakan Minggu Palma berarti merayakan kemenangan. Tidak ada kebangkitan tanpa sengsara, dan dalam Paskah kita harus bangkit dari masalah. “Karena itu, kita perlu berjuang untuk bangkit dari keterburukan dosa kita,” pungkas Kepala Paroki Santo Yusuf ini.

Sementara itu, di Paroki Roh Kudus Mataloko, Kecamatan Gowela, Kabupaten Ngada, Misa Minggu Palma dirayakan secara istimewa dengan menghadirkan peran tokoh-tokoh agama dan masyarakat. Perayaan ini diawali dengan pemberkatan daun palma di halaman Mapolsek Golewa, Ngada, Minggu, 14/4.

Pastor Sebastianus Lewa dalam khotbahnya menerangkan bahwa Minggu Palma adalah minggu sukacita karena gerbang memasuki penderitaan Kristus. Minggu Palma bukan sebuah rutinitas Gerejawi tetapi sebuah perayaan kemenangan bahwa Tuhan sedang melawat hati kita. “Saat ini Tuhan sedang berpamitan dengan kita karena sebentar lagi akan mengalami sengsara. Berarti Tuhan mengharapkan keterbukaan hati kita menerima kehadiran-Nya lewat perbuata-perbuatan baik kita,” ajak Pastor Sebastianus.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Pastor Sebastianus juga mengingatkan kepada umat akan istimewanya perayaan ini karena bertepatan dengan pesta demokrasi. Maka itu, umat perlu menyiapkan hati menyambut sengsara Kristus sekaligus juga memberi hati lewat pemilihan umum. “Tuhan memahami bahwa lewat minggu suci ini, kita diajak untuk menunjukkan hak kita sebaga warga negara sekaligus mewujudkan kewajiban kita sebagai warga Gereja,” ujarnya.

Hal yang sama diungkapkan Pastor Maximilianus Dora OFM saat memimpin Misa Minggu Palma di Paroki Santi Stefanus Sempan, Tembagapura, Keuskupan Jayapura. Perayaan yang diawali dengan perarakan dari halaman SD Inpres Sempan Barat menuju gereja ini berjalan penuh hikmat.

Pastor Maximilianus dalam khotbahnya mengingkatkan umat akan peristiwa Minggu Palma dikaitkan dengan keseharian umat beriman. Katanya, seseorang selalu dihadapkan pada dua situasi yang saling berlawanan yaitu pertarungan antara yang baik dan jahat. Menurutnya, ada saatnya kita bersemangat untuk memuliakan Tuhan, ingin melayani Tuhan, rajin berdoa, tetapi juga ada saat dimana kita tidak bersemangat karena kesibukan duniawi.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

“Saat ini, banyak orang bersemangat berjuang untuk terlibat dalam kehidupan politik sehingga kadang tidak bersemangat memuliakan Tuhan. Kesibukan menghadapi pesta demokrasi membuat banyak orang hilang arah. Berpikir cukup dengan politik, dirinya bisa hidup. Padahal politik tidak menjamin seseorang mengalami keselamatan” tegas pastor asal Bajawa, Nusa Tenggara Timur ini.

Yusti H. Wuarmanuk
Laporan: FX Triyas Hadi Prihantoro (Ambarawa), Felix Duka (Ngada), Martinus Pelaei (Jayapura)

HIDUP NO.16 2019, 21 April 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles