HIDUPKATOLIK.com – Uskup Agung Naumann memperingatkan bahwa aborsi telah melukai spiritual dan emosional baik para pelaku maupun mereka yang mendukung persetujuan hukum aborsi.
Isu Aborsi telah menjadi diskusi sengit di kalangan masyarakat Amerika. Argumen atas “hak memilih” perempuan berbenturan dengan klaim balik atas “hak janin untuk hidup” berseteru selama beberapa tahun belakangan di negara yang terkenal menjadi polisi dunia ini.
Kerumitan dan nuansa moral di tengah hiruk-pikuk slogan kampanye dan seruan penggalangan dana yang ditargetkan kepada basis pemilih yang bersemangat memenuhi arena pertarungan politik, khususnya saat Donald Trump dan Hillary Clinton bertarung memperebutkan kursi kepresidenan. Usai pemilihan pun isu ini masih terbentang. Isu aborsi telah menjadi masalah politik Amerika. Untuk itu, para politisi harus memilih di kubu mana ia akan bermain untuk memperebutkan simpati rakyat.
Membaca gelagat demikian Ketua Komite Pro-Kehidupan (Pro-Life) Konferensi Waligereja Amerika Serikat, Uskup Agung Kota Kansas Joseph F Naumann bertindak tegas kepada setiap politisi Katolik yang mendukung aborsi. “Demi kebaikan mereka sendiri, para politisi Katolik yang mendukung aborsi tidak boleh menerima komuni!” serunya lantang seperti dilansir www.catholicherald.uk, 1/3. Ia menekankan bahwa mengadvokasi tindakan jahat intrinsik seperti aborsi adalah masalah moral yang serius dari pada tindakan yang dapat menyebabkan dosa besar.
Uskup Naumann menyampaikan keprihatinannya akan upaya terbaru untuk melanggengkan dan memperluas aborsi dalam undang-undang negara yang telah mempengaruhi beberapa pejabat publik Katolik untuk mengambil tindakan menyedihkan. “Upaya mereka untuk mendukung dan bahkan merayakan undang-undang seperti itu akan mengakibatkan pembunuhan lebih banyak anak yang belum lahir, serta melukai spiritual dan emosional ibu dan ayah mereka,” ungkapnya.
Uskup Neumann juga memperingatkan tentang konsekuensi spiritual dari aborsi yakni melakukan dosa fana secara sadar dan menolak bertobat akan membahayakan jiwa secara kekal kedalam neraka. “Menerima Tubuh Tuhan pada Ekaristi sementara dalam keadaan dosa berat, hanya akan lebih jauh membahayakan nasib kekal jiwa kita,” imbuhnya. Tantangan ini juga disampaikan oleh Paus Fransiskus saat pidato bersejarah kepada Kongres Amerika Serikat pada musim gugur 2015 lalu. Paus menantang para pemimpin untuk mempertahankan kehidupan manusia di setiap tahap perkembangannya sebab setiap kehidupan adalah suci. Beberapa jam kemudian, Paus juga menyampaikan kepada Konferensi Waligereja Amerika Serikat secara khusus mengenai korban aborsi yang tidak bersalah. “Tindakan ini jelas mengancam kehidupan,” tegas Paus.
Uskup Kansas ini juga mendesak agar pelaku aborsi khususnya politisi yang mendukung tindakan ini untuk mengambil pertobatan hati yang tulus dengan berupaya menebus kesalahan dan menerima kemurahan Tuhan. Ia juga mengatakan bahwa ia memiliki tanggung jawab untuk memastikan umat Katolik lainnya tidak tersinggung atau disesatkan oleh toleransi yang jelas dari para politisi yang mendukung tujuan tidak bermoral. “Dalam peran saya sendiri sebagai seorang uskup, saya memiliki tanggung jawab serius untuk memastikan bahwa mereka yang dipercayakan kepada pelayanan pastoral sadar akan degradasi moral dan konsekuensi spiritual dari tindakan mereka,” ungkapnya.
Sebagai kesimpulan dari seruannya kepada politisi untuk tidak menerima Komuni Suci demi kesejahteraan spiritual mereka sendiri dan untuk melindungi banyak orang lain dari kebingungan moral, uskup menyerukan agar umat Katolik berdoa bagi penyembuhan spiritual para politisi itu dan semua yang mengadvokasi aborsi yang disahkan. “Ketika kita benar-benar bertobat, Tuhan selalu berhasrat untuk melimpahi kita dengan belas kasihan-Nya,” tandasnya.
Felicia Permata Hanggu
HIDUP NO.10 2019, 10 Maret 2019