HIDUPKATOLIK.com – Kasus dugaan penganiayaan sekelompok remaja perempuan terhadap seorang siswi di Pontianak, Kalimantan Barat yang disiarkan media arus utama dan media sosial menghentak kita. Presiden Joko Widodo pun langsung merespons dengan memerintahkan Kepala Kepolisian RI Tito Karnavian mengusut tuntas perkara ini. Presiden mengatakan, pemerintah dan masyarakat berduka atas insiden perundungan yang menimpa siswi SMP 14 tahun tersebut. “Yang paling penting, budaya kita, etika-etika kita, norma-norma kita, nilai agama kita, semuanya tidak memperbolehkan hal tersebut,” tegas Presiden Joko Widodo sambil menekankan pentingnya pendidikan karakter diberikan kepada anak-anak untuk menghindari kejadian serupa.
Ya, perundungan di atas bukanlah peristiwa pertama. Tahun 2017 lalu misalnya, kita dihebohkan dengan beredarnya sebuah video yang memperlihatkan seorang siswi yang dianiaya oleh sekelompok remaja perempuan.
Kasus-kasus memilukan ini mengajak kita bertanya: Kenapa kejadian serupa bisa berulang lagi? Ada apa dengan pendidikan anak-anak di sekolah dan di rumah? Ada apa dengan pendidikan karakter anakanak kita? Belum lagi kita menghitung tawuran antar-anak sekolah, tawuran antar-mahasiswa, dan pelbagai tindak kekerasan yang lain. Lebih memprihatinkan lagi ketika sekelompok anak balita, saat sedang pawai, melontarkan kata-kata bernada kekerasan secara vulgar.
Kita dan semua pemangku kepentingan tidak cukup mengatakan prihatin. Pakar pendidikan, Doni Koesoema mengutarakan, ‘’Jika kita membaca bagaimana situasi sosial masyarakat saat ini, seperti maraknya perkelahian antarpelajar dan mahasiswa, tindak kekerasan yang terjadi, baik di jalanan maupun sekolah, perilaku tidak jujur yang tercermin dalam tindak korupsi, pemanfaatan jabatan, budaya menyontek, ketidakdewasaan pribadi seperti tercermin dalam penyalahgunaan obat-obatan, penyimpangan perilaku seksual di kalangan remaja dan masih banyak daftar yang bisa dilanjutkan di sini, kita pasti akan sepakat bahwa sudah saatnya pendidikan karakter dilaksanakan secara sistematis, strategis, utuh dan menyeluruh di sekolah sehingga program pendidikan karakter menjadi semakin efektif,” (Lihat Pendidikan Karakter, Utuh dan Menyeluruh). Senada dengan hal ini, Prof Dr Elfindri dkk dalam Pendidikan Karakter mengetengahkan, “Sungguh menjadi malu kita, ketika split personality (praktik dan tingkah laku manusia menjauh dari norma positif yang berlaku) demikian justru semakin kental pada masyarakat di mana mengakui agama (Islam, Kristen, Hindu, Buddha) sebagai pedoman hidupnya.”
Presiden Joko Widodo, memasuki tahun kelima masa kepresidenannya menegaskan, setelah empat tahun fokus pada pembangunan fisik, pemerintah akan memberikan perhatian pada pembangunan sumber daya manusia (SDM). Kendati belum terlambat, sinyalemen itu perlu ditindaklajuti dengan aksi konkret. Syair lagu kebangsaan kita mengatakan, Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia raya. Memulainya dari mana? Secara strategis, dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam segala bentuknya dan secara simultan melakukan hal yang sama pada semua level pendidikan dan masyarakat luas dengan pendekatan yang berbeda. Ini bukan pekerjaan mudah! Semoga perundungan di Pontianak tidak terulang lagi di masa depan.
HIDUP NO.17 2019, 28 April 2019
Artikel yang sangat menarik sekali,
Sangat membantu saya tulisan ini…
Terima kasih…
Salam Sukses Selalu…