web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Tradisi yang Harus Dilindungi

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Mengenang pewartaan kudus Malaikat Gabriel kepada Maria.

Kebiasaan mendaraskan Doa Malaikat Tuhan atau yang dalam Bahasa Latin Angelus Domini nuntiavit Mariae atau lazim disebut sebagai Doa Angelus tiga kali dalam sehari sudah menjadi tradisi pada Gereja Katolik. Namun, kebiasaan ini perlahan bergeser, bahkan tak jarang sudah tidak dihidupi lagi oleh umat Katolik itu sendiri. Padahal, tak memakan banyak waktu untuk bisa merapalkan Doa Angelus. Bagaimana sesungguhnya peran Doa Angelus dalam Gereja Katolik? Berikut adalah ulasan wawancara dengan Sekretaris Komisi Liturgi Konferensi Waligereja Indonesia, Pastor John Rusae.

Mengapa kita mendaraskan Doa Angelus?

Doa Malaikat Tuhan merupakan bentuk tradisional yang biasa digunakan kaum beriman untuk mengenang pewartaan kudus Malaikat Gabriel kepada Maria. Doa ini didaraskan tiga kali sehari, waktu fajar, tengah hari, dan senja hari. Ini juga merupakan renungan akan peristiwa penyelamatan, di mana Sabda menjelma menjadi manusia dalam rahim Perawan Maria, karena kuasa Roh Kudus, sesuai rencana keselamatan dari Bapa.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Doa Angelus ini berakar pada Kitab Suci, doa Biblis, yang sesuai yang diharapkan oleh Gereja. Karena itu doa ini menjadi sangat penting dan dianjurkan untuk didaraskan karena berdasar pada Kitab Suci. Karena melalui ini kita dibantu untuk mengenang dan memahami Sabda Allah dalam Kitab Suci itu sendiri.

Bagaimana pandangan Pastor terkait dengan tidak semua umat Katolik tahu dan menjalankan Doa Angelus ini?

Dulu, doa ini disertai dengan lonceng. Setiap kali ada bunyi lonceng sebagai penanda waktunya untuk Doa Angelus. Sampai sekarang pun lonceng gereja berbunyi setiap waktu Doa Angelus. Tetapi kini zaman pun turut mempengaruhi. Perkembangan teknologi, kesibukan umat pun akhirnya membuat itu bergeser dan akhirnya kebiasaan untuk mendaraskan Doa Angelus sudah tidak tampak lagi. Sehingga melupakan tradisi untuk berdoa dalam waktu ini.

Meskipun demikian masih ada beberapa umat, keluarga-keluarga, yang masih menjalankan tradisi Doa Angelus ini walau di tengah aktivitas mereka. Karena sudah terbiasa, maka mereka tetap berdoa. Tak menampik bahwa lingkungan turut mempengaruhi itu semua.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Sebenarnya perlukah melakukan Doa Angelus?

Perlu. Karena kembali lagi, doa ini sangat membantu kita untuk merenungkan peristiwa pewartaan kudus yang disampaikan Malaikat Gabriel kepada Maria, bahwa ia dipilih menjadi Bunda Kristus, akan persetujuan Maria pada kehendak Allah, akan Sabda Allah yang menjadi manusia (Luk 1:26-38).

Selain itu ini adalah devosi. Devosi adalah doa yang bisa dilakukan oleh siapa saja, di mana saja. Jadi sesungguhnya ini bisa dikembalikan kepada tradisi dan dipraktekkan setiap harinya. Devosi ini juga turut bermanfaat bagi ketahanan iman. Tanpa devosi, iman juga bisa cepat goyah. Maka dari itu, Doa Angelus ini harus dibiasakan dan dilakukan.

Apa nilai yang bisa dipetik dari Doa Angelus ini, secara khusus dalam hidup sehari-hari?

Pertama, sangat diharapkan bahwa kita meniru apa yang dibuat oleh Malaikat Gabriel, yaitu membiasakan diri untuk menyampaikan kabar sukacita. Daripada menyampaikan kabar-kabar yang menekan orang, membuat orang menderita, atau hoax, lebih baik memberikan kabar-kabar yang positif.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Kedua, menjadikan diri kita untuk bisa dipercaya menyampaikan kabar gembira. Karena sering orang tidak mempercayakan kepada kita untuk meyampaikan kabar baik kepada orang lain. Mengapa kita tidak dipercaya? Karena seringkali kita diminta untuk menyampaikan kabar yang positif namun kita tidak menyampaikan dengan baik, malah justru menyampaikan kabar sebaliknya.

Ketiga, supaya kalau boleh kita bertindak seperti Maria. Menerima kabar baik, dan melaksanakannya. Jadi kabar gembira yang ia terima itu bukan hanya untuk dirinya saja, tetapi ia teruskan supaya dirasakan juga oleh orang lain. Begitu juga kita, ketika kita mendapatkan sesuatu yang baik jangan hanya untuk diri kita, tetapi sebaiknya dibagikan kepada orang lain agar orang lain ikut bersukacita sebagaimana yang dilakukan oleh Maria. Sesuatu yang baik harus digandakan, ditumbuhkan, dan dikembangkan.

Marchella A. Vieba

HIDUP NO.12 2019, 24 Maret 2019

ARTIKEL SEBELUMNYA
ARTIKEL SELANJUTNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles