HIDUPKATOLIK.com – Perayaan Misa Malam Paskah di Basilika Santo Petrus, Vatikan, Sabtu (20/4) terasa istimewa. Paus Fransiskus membaptis delapan orang dari berbagai negara.
Dalam homilinya, Paus Fransiskus mengingatkan bahwa Paskah adalah pesta terangkatnya batu kubur, tergulingnya batu karang. Allah telah mengangkat batu-batu yang paling sulit, yang menghancur-leburkan harapan kita yakni maut, dosa, ketakutan, dan keduniawian.
“Dalam Paskah, Ia menunjukkan kepadamu betapa Ia sangat mencintai kehidupan itu. Yesus adalah seorang ahli dalam mengubah kematian kita menjadi kehidupan, dukacita kita menjadi tarian. Bersama-Nya, kita juga dapat mengalami Paskah, yaitu, keluaran, dari egoisme menuju persekutuan, dari kehancuran menuju penghiburan, dari ketakutan menuju percaya diri,” urai Bapa Suci.
Paus Fransiskus mengajak kita agar tidak menundukkan wajah kita dalam ketakutan, tetapi mengangkat mata kita kepada Yesus yang bangkit. Kita bisa belajar dari pengalaman para perempuan yang datang ke kubur Yesus. Awalnya para perempuan itu kehilangan harapan karena mereka tidak dapat mengingat kata-kata Yesus dan panggilan-Nya yang terjadi di Galilea.
“Iman selalu perlu kembali ke Galilea, membangkitkan kembali cinta pertamanya kepada Yesus dan panggilan-Nya. Kembali ke cinta yang hidup akan Tuhan adalah penting. Kalau tidak, iman kita adalah sebuah iman ‘museum’, bukan iman Paskah,” tegas Bapa Suci.
Pesan Perdamaian
Sementara itu dalam Pesan Paskah dan Berkat “Urbi et Orbi” di Lapangan Santo Petrus Vatikan pada Minggu (21/4), Paus Fransiskus menyerukan kembali pesan perdamaian di berbagai negara. Paus ke-266 ini menegaskan bahwa Kristus hidup dan Ia tetap beserta kita pada zaman yang masih diwarnai konflik, penderitaan, kelaparan, dan perang.
“Ia menunjukkan terang wajah-Nya kepada kita, dan Ia tidak meninggalkan semua orang yang sedang mengalami kesulitan, penderitaan, dan kesedihan. Semoga Dia yang hidup, menjadi harapan bagi rakyat Suriah yang terkasih,” tegas Paus Fransiskus.
Sekarang saatnya, menurut Paus Fransiskus, untuk memperbarui tanggung jawab guna penyelesaian politik yang mampu menanggapi harapan yang masuk akal dari rakyat Suriah untuk kebebasan, perdamaian, dan keadilan, menghadapi krisis kemanusiaan, dan mendukung terjaminnya kepulangan orang-orang yang tanpa tempat tinggal.
Selain itu Bapa Suci juga menyerukan perdamaian di berbagai negara yang sedang dilanda konflik dan perang, seperti Timur Tengah, Yaman, Israel, Palestina, Libya, Burkina Faso, Mali, Niger, Nigeria, Kamerun, Sudan, wilayah timur Ukraina, Venezuela, dan Nikaragua. Bapa Suci mengharapkan agar kita menjadi pembangun jembatan, bukan pembangun tembok.
“Semoga Tuhan sang empunya kehidupan tidak mendapati kita dingin dan acuh tak acuh. Semoga Ia menjadikan kita pembangun jembatan, bukan pembangun tembok. Semoga Ia yang memberi kita kedamaian, mengakhiri deru senjata, baik di wilayah-wilayah pertikaian dan di kota-kota kita, serta mengilhami para pemimpin bangsa-bangsa untuk bekerja mengakhiri perlombaan senjata, dan penyebaran persenjataan yang menyebabkan penderitaan, terutama di negara-negara yang secara ekonomi semakin maju,” harap Bapa Suci.
Bapa Suci juga merasa prihatin dan ikut berbelarasa atas peristiwa ledakan bom yang terjadi di Sri Lanka yang membawa banyak korban nyawa dan yang terluka.
Laporan: Yohanes Gunawan, Pr
Editor: Antonius Bilandoro