HIDUPKATOLIK.com – “Pergi ke Meraban memakai kereta api, lanjut jalan kaki ke Ketabar. Umat Meraban hendak jadi paroki, dimohon untuk bersabar”. Pantun ini diucapkan Pastor Laurentius Sutadi, untuk umat Pra Paroki St Yosef Meraban, Keuskupan Ketapang. Pantun ini menggambarkan perjuangan umat Pra Paroki Maraban untuk semakin mandiri.
Pantun ini disampaikan Pastor Sutadi dalam musyawarah umat Pra Paroki Maraban, 20/3. Vikjen Keuskupan Ketapang ini mengungkapkan, agar umat terus berdoa supaya perjalanan menjadi paroki ini terus mendapat berkat Tuhan. Menurutnya, yang paling utama dalam perjuangan menjadi paroki adalah kesetiaan umat pada iman mereka. Ia juga menekankan bahwa perjuangan untuk menjadi paroki ini harus selaras dengan gerak Gereja Keuskupan Ketapang.
Dalam musyawarah kali ini, umat Pra Paroki Meraban membahas tema, “Menggali sejarah dan spiritualitas Santo Yosef dalam memberi teladan kepada umat.” Sebanyak 54 peserta dari 10 lingkungan dan 5 stasi hadir. Hadir juga Pastor Zakharias Lintas, imam Keuskupan Ketapang yang asli Dayak ini sangat mendukung perjuangan umat Maraban untuk membentuk sebuah paroki.
“Umat tidak boleh banyak mengeluh, dan banyak bertanya. Bekerjalah secara diam-diam tetapi terarah kepada hasil pendirian paroki agar iman umat bisa siap menghadapi paroki yang baru nanti,” ujar Pastor Lintas.
Rintisan paroki ini berdiri tahun 1958 saat Pastor Eduard CP berkunjung ke Meraban. Kala itu, Fransiskus Li Tan Jit, seorang awam di Meraban, mengusulkan nama Santo Yosef sebagai pelindung. Usulan ini diterima karena kebanyakan umat saat itu adalah tukang kayu.
Agustinus Mertau (Ketapang)
HIDUP NO.14 2019, 7 April 2019