HIDUPKATOLIK.com – Pastor Hertanto, saya sering melihat seorang teman yang membawa teman dari agama lain saat Misa hari Minggu. Apakah hal itu diperbolehkan?
Rinto, Medan
Pada prinsipnya tidak ada larangan membawa teman beragama lain untuk hadir dalam Misa Minggu atau Misa lainnya. Kadang-kadang hal itu bahkan dianjurkan, misalnya calon pasangan nikah non Katolik demi pengenalan yang lebih terhadap pasangannya. Namun kita perlu memperhatikan agar apa yang kita lakukan sungguh bermanfaat dan membawa berkat.
Pertama, kita sendiri harus memahami makna Perayaan Ekaristi kita ini. Ekaristi adalah bentuk doa kita sebagai Gereja kudus, malahan adalah puncak hidup kita sebagai persekutuan umat beriman. Tuhan sendiri mengundang kita untuk datang, untuk duduk di dalam perjamuan, mendengarkan sabda-Nya dan bahkan bersatu dengan Dia dalam Komuni Kudus.
Berikut, melalui Ekaristi, kita hadir dalam kurban Kristus yang menebus dosa kita dengan salib-Nya. Kurban itu dihadirkan lagi dalam Perayaan Ekaristi, wafat-Nya dikenangkan dan kebangkitan kita muliakan dan perintah kasih-Nya kita pegang teguh, untuk dilaksanakan dalam hidup kita, sampai kedatangan-Nya kembali. Karena itu Ekaristi bukan hanya bentuk doa sesaat, tetapi menjadi spiritualitas dan sumber cara hidup kita. Di dalam setiap Perayaan Ekaristi hidup kita diperbarui, karena kenangan akan Yesus dan jaminan penyertaan-Nya.
Intinya, kalau kita mengundang orang datang, kita sendiri harus mencintai Ekaristi sebagai peristiwa doa dan sumber spiritualitas Kristiani kita. Dengan sikap ini kita dapat dengan lebih respek mengundang orang lain pada misteri kasih Tuhan yang hendak dirayakan.
Kedua, sebaiknya orang yang kita ajak juga mempunyai motivasi yang baik. Ekaristi bukan sekadar tontonan untuk diamati. Kita juga tidak bisa menerangkan setiap bagian kepada teman kita itu sepanjang ekaristi seperti ketika kita mengunjungi museum atau pameran. Sikap yang paling baik adalah membiarkan teman kita mengalami sendiri doa-doa Ekaristi, mendengarkan sabda dan khotbah, serta mengamati bagaimana perjamuan Tuhan itu dikenangkan dengan penuh hormat oleh umat kita. Untuk itu, kita bisa menerangkan sebelum kita datang, apa yang akan dirayakan itu, urutan-urutannya dan maknanya. Di gereja besar biasanya tersedia lembaran tata Perayaan Ekaristi dan bacaannya, yang sangat membantu untuk membantu teman kita memahami doa Ekaristi ini.
Ketiga, kita sendiri harus tahu dan berani menyampaikan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh orang yang bukan Katolik. Umumnya semua boleh: berlutut, menyanyi, dan menjawab seruan imam, memberikan uang kolekte dan senyum saat salam damai. Bila ia mau, tidak dilarang juga tanda salib dengan air suci, asal dilakukan penuh hormat. Tetapi orang belum boleh sambut komuni bila belum Katolik dan Komuni Pertama. Larangan ini tidak boleh dilanggar, karena itu harus diberitahukan, supaya dia tidak salah tingkah atau menjadi batu sandungan umat yang lain. Begitupun tindakan praktis lainnya yang kita sendiri tidak diperkenankan seperti: menerima telepon dalam Gereja, berbicara keras, jalan keluar masuk dan sikap lain yang mengganggu jalannya Ekaristi. Sebaiknya datanglah lebih awal sebelum mulai, dan pulanglah sesudah benar-benar selesai, supaya baik kita mau pun tamu itu mengikuti Misa secara utuh.
Dalam arti tertentu membawa teman masuk di dalam Misa baik adanya dan bisa membantunya memperkenalkan Gereja Katolik dan Ekaristi yang menjadi sumber hidupnya. Namun kita juga harus bertanggung jawab menjaga keindahan Ekaristi agar orang tersebut mengalami buahnya pula.
Gregorius Hertanto MSC
HIDUP NO.10 2019, 10 Maret 2019