web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Si Pendiam Menjawab Doa

5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Belum pernah ada yang dikecewakan ketika umat beriman memohon perantaraan doa kepadanya.

Selama sembilan hari seorang gadis terus memanjatkan doa novena kepada St Yosef untuk meminta pertolongan. Selama ini, ia mendambakan pasangan hidup. Namun, pria yang ditunggu tak kunjung datang. Diselimuti rasa kesal, gadis itu mengambil patung St Yosef dan mencampakkannya lewat jendela.

Saat patung itu jatuh, seorang pemuda melintas. Patung itu menghantam pemuda itu cukup keras. Merasa bersalah, si gadis pun menemui pemuda itu untuk meminta maaf. Tak disangka, pemuda itu adalah pendamping hidup yang ditunggunya. Kisah ini diceritakan oleh Sr Sebastiana Pardosi KSSY.

Kisah itu menunjukkan bagaimana rencana Tuhan memang selalu indah. Sr Sebastiana mengungkapkan, yang dibutuhkan dari manusia adalah percaya pada rencana Tuhan itu. “Kita tidak pernah tahu rencana Allah. Itulah doa novena selalu datang tepat pada waktu yang tidak disangka,” ujarnya Anggota Kongregasi Suster Santo Yosef Medan (KSSY) ini.

Menghidupi Panggilan
Sr Sebastiana sendiri memiliki cara khusus berdevosi kepada pelindung kongregasinya itu. Dua tahun sebelum kepergian ayahnya, tahun 2009, suster yang telah bergabung dengan KSSY sejak usia 16 tahun ini menyalakan lilin untuk St Yosef setiap hari. “Saya berharap papa saya bisa meninggal dengan tenang, tidak ada kegaduhan keluarga,” ujarnya.

Pada tahun 2011, sang ayah menghembuskan nafas terakhir dengan tenang. Segala sesuatu dipermudah. Namun, usai kepergian sang ayah, kebiasaan memasang lilin untuk St Yosef tidak pernah ia tinggalkan. Sr Sebastiana setia memasang lilin dan memperhatikan bunga yang terpajang di dekat patung St Yusuf di rumah mereka.

Pemimpin Komunitas St Yosef Jakarta, Sr Hendrika Hotma Gultom KSSY punya kisah yang mirip. Ia kerap meminta pertolongan kepada St Yosef. Saat mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan, ia akan berdoa dengan perantaraan St Yosef.

“Saya yakin ketika kamu (St.Yosef ) mengalami kesulitan di saat kamu tidak mengerti apa sebenarnya rencana Tuhan padamu ketika menghadapi Yesus dan Maria, Tuhan menunjukkan dalam mimpimu apa yang harus dilakukan. Bantulah aku supaya melalui doamu Tuhan juga membisikkan kepada saya apa yang menjadi kehendak-Nya,” begitulah doa kepada St Yosef yang selalu Sr Sebastiana dirasakan.

Sr Sebastiana mengaku pernah merasakan cemas selama beberapa bulan. Sebabnya, saat itu ia ditugaskan berkarya di sebuah SLB. Saat itulah, ia pertama kali melayani anak-anak berkebutuhan khusus, terutama penyandang tunarungu. Di saat-saat cemas itulah, ia belajar dari St Yosef. “Diamnya Yosef bukanlah hanya sekedar diam, tetapi diam yang membangun relasi dengan Allah. Hal ini sangat menyentuh saya,” ungkapnya.

Sr Theresia Yasinta ‘Christiana’ Role DSY memiliki cerita berbeda. Ia tertarik masuk kongregasi Dina Santu Yoseph Manado (DSY) karena jatuh cinta pada spiritualitas dari Kongregasi ini. St Yosef mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah tanpa syarat, tanpa mengeluh, tanpa harus menjadi populer, bahkan St Yosef tidak meminta pujian.

Dari kisah hidup St Yosef, Sr Theresia belajar menjalani panggilan dan tugas perutusan di tengah tawaran dan gemerlap duniawi. Ia bertekat menjaga semangat St Yosef. Ia mengakui, keutamaan St Yosef yang paling diteladani yaitu cintanya yang besar dan tanpa syarat kepada Allah. Cinta ini menjadikan St Yosef selalu siap sedia menjalani semua rencana Allah dan melaksanakannya dalam diam.

Pelindung Pekerja
Untaian doa kepada St Yosef pelindung pekerja tertempel di pintu ruang kerja Yenny Nathalia Petrus di kantor. Sudah 20 tahun, ia menjalani bisnis di bidang cenderamata. Sekitar delapan tahun lalu, ia membaca sebuah artikel mengenai Paus yang berdevosi kepada St Yosef tidur.

Ketertarikan Yenny pun semakin kuat kala menyaksikan sebuah acara di salah satu stasiun televisi di Amerika mengenai devosi itu. Selama dua tahun belakangan, meskipun belum memiliki patung St Yosef Tidur, ia mulai rajin berdoa kepada St Yosef melalui buku pandua doa yang ia miliki.

Kerinduannya untuk memiliki Patung St Yosef terjawab ketika mengikuti Festival St Yosef yang diadakan oleh Komunitas Pria Katolik Paroki Curug Gereja St Helena di tahun 2018. Ibu tiga anak ini begitu yakin dengan devosi St Yosef. Sebagai seorang pebisnis, ia merasa cocok menyadarkan untaian doa lewat ayah Yesus ini.

Tak lama berselang, ponsel pintar Yenny mati. Padahal, di alat itu tersimpan semua data klien. Sontak ia takut, kalau data itu akan tersapu habis. Entah kenapa, ia lalu “berlari” kepada St Yosef. Dengan penuh harapan, ia menuliskan surat permohonan kepada St Yosef agar data di ponselnya dapat diselamatkan. “St Yosef tolonglah aku, data ini adalah jantung bisnisku. Aku harus cari siapa?” ujarnya lirih.

Yenny akhirnya meminta bantuan kepada teknisi yang biasa menangani komputer di kantornya. Meski teknisi itu dengan tegas mengatakan tak bisa, ia terus menyakinkan bahwa sang teknisi. Ia mengatakan, bahwa ia telah meminta bantuan kepada St Yosef.

Teknisi itu pun mulai mengotak-atik ponsel. Laporan tengah hari menyampaikan bahwa tidak ada harapan. Namun, sekitar pukul tiga sore sang teknisi memberikan kabar baik bahwa 97% data dapat terselamatkan. Yenny bersorak gembira dan dalam hati berbisik, “Terima kasih St Yosef.”

Pengurus Komunitas Pria Katolik, Andi Janto Singgih turut merasakan semangat St Yosef dalam komunitas. Sebagai seorang pria, suami, dan ayah ia kerap menemui pelbagai tantangan untuk terus berjuang menjadi pria seturut dengan kehendak Allah.

Andi mengakui, bahwa mengolah ego seorang pria untuk berjuang menjadi seorang suami dan ayah, bukanlah perkara mudah. Untuk itu, ia terus menyandarkan dirinya kepada St Yosef. Ia melihat orang kudus ini memiliki keutamaan kerendahan hati, kesederhanaan, kesetiaan yang dapat ia teladani. Ia juga melihat, bahwa St Yosef adalah sosok yang teguh pada pendirian, tidak banyak bicara, dan bertanggung jawab. “Melalui devosi kepada St Yosef, saya semakin dikuatkan dalam panggilan saya sebagai suami dan ayah.”

Menjadi suami dan ayah tidak hanya harus baik, tetapi lebih baik. Andi ingin menjadi pria beriman dan juga pria yang berbelas kasihan.

Felicia Permata Hanggu/Lexie Kalesaran (Manado)

HIDUP NO.09 2019, 3 Maret 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles