HIDUPKATOLIK.com – Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor pada Minggu, 24/3, mengeluarkan Deklarasi Rabu Putih yakni pernyataan sikap GP Ansor menjelang pelaksanaan Pemilu (H-24).
Surat bernomor 1881/PP/SR-01/III/2018, yang ditanda-tangani oleh Ketua Umum PP GP Ansor, H. Yaqut Cholil Qoumas dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Abdul Rochman, diterbitkan berkaitan dengan maraknya hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian yang mewarnai kontestasi politik dalam beberapa bulan terakhir, khususnya di media sosial, serta adanya isu akan terjadi kerusuhan dan intimidasi dari kelompok tertentu pada Pemilu 2019 ini.
Maka PP GP Ansor menyatakan sikap sebagai berikut:
1. GP Ansor memandang fenomena maraknya hoaks, fitnah dan ujaran kebencian telah mengakibatkan masyarakat terbelah dan mulai timbul rasa saling tidak percaya di tengah masyarakat.
Jika hal demikian dibiarkan terus berlangsung, maka akan merusak tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. GP Ansor mengajak masyarakat Indonesia memerangi hoaks, fitnah dan ujaran kebencian dan menciptakan kesejukan di sisa 24 hari jelang pemungutan suara Pemilu 2019.
3. GP Ansor meminta masyarakat tidak mempercayai isu akan adanya kerusuhan menjelang, saat dan paska Pemilu 2019, dan tidak perlu khawatir akan adanya intimidasi dari kelompok tertentu.
4. GP Ansor mendorong sekaligus percaya Polri dibantu TNI bertindak profesional dalam menjamin stabilitas politik dan keamanan Pemilu 2019. Oleh karena itu, masyarakat dihimbau tidak perlu ragu menggunakan hak pilih mereka pada 17 April 2019 mendatang.
5. Pimpinan Pusat GP Ansor menginstruksikan kepada semua kader GP Ansor dan Banser untuk membantu Polri dan TNI mengamankan situasi hari pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS-TPS (Tempat Pemungutan Suara) seluruh Indonesia.
6. Demi mewujudkan Pemilu 2019 yang aman, damai dan demokratis, GP Ansor mendeklarasikan gerakan “Rabu Putih”, yaitu sebuah gerakan masyarakat yang bertujuan memaksimalkan tingkat partisipasi pemilih Indonesia datang ke TPS dan menggunakan hak pilihnya/ mencoblos pada Pemilu 17 April 2019 secara bebas dan nyaman, tanpa rasa takut atau merasa terintimidasi oleh kelompok mana pun.
Dalam wawancara singkat kepada Hidupkatolik.com, Haji Yaqut menyampaikan bahwa pada intinya GP Ansor ingin meminimalkan golput (golongan putih-red.).
“Kita ajak masyarakat berangkat ke TPS tanpa rasa takut. Karena lawan 01 itu bukan 02. Tapi golput,” tandas Haji Yaqut.
Gerakan Pemuda (GP) Ansor adalah sebuah organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia, yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama. Organisasi ini didirikan pada tanggal 24 April 1934.
Seruan Deklarasi Rabu Putih tersebut terasa sejalan dengan umat Katolik, sebagaimana disampaikan dalam Surat Gembala Prapaskah 2019, Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo.
“Berkaitan dengan Pilpres (Pemilihan Umum Presiden) dan Pileg (Pemilihan Umum Legislatif yaitu anggota DPR, DPD, dan DPRD), bahwa hasil itu akan sangat menentukan masa depan bangsa kita.
Sebagai umat beriman kita punya tanggung jawab moral untuk ikut serta dalam pesta demokrasi tersebut. Keikut-sertaan kita dalam peristiwa itu adalah perwujudan iman kita, dan salah satu tanda bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang berhikmat, yang ingin terlibat dalam membangun bangsa yang bermartabat.”
LINK Surat Gembala Versi Youtube:
“Oleh karena itu kami minta agar seluruh umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta menggunakan hak pilihnya. Menggunakan hak pilih merupakan tanggung jawab iman dan tanggung jawab sebagai warga negara yang baik,” tandas Mgr Suharyo.
Selain itu, dalam Surat Gembala Prapaskah 2019 juga disampaikan beberapa pesan penting lainnya:
- Kita dalam keputusan-keputusan apapun, selalu memilih yang baik dan benar, bukan sekadar yang mudah atau menyenangkan. Seruan untuk tidak memperalat agama: “Kami dengan tegas menyatakan, bahwa agama tidak boleh digunakan untuk menghasut perang, kebencian, permusuhan dan ekstrimisme.
- Realitas tragis ini adalah hasil manifestasi politik terhadap agama-agama dan dari penafsiran yang dibuat oleh kelompok-kelompok umat beragama yang dalam perjlanan sejarah telah mengambil keuntungan dari sentimen keagaman dengan cara yang tidak ada hubungannya dengan kebenaran agama. Ini dilakukan untuk mencapai tujuan yang bersifat politik, ekonomis dan duniawi yang picik.
- Orang yang memperalat agama untuk kepentingan-kepentingan tidak terpuji pastiah bukan orang berhikmat yang membuat kita bermartabat.
- Kita akan memilih berdasarkan penegasan pribadi atau penegasan bersama. Siapapun yang terpilih akan mengusahan kesejahteraan bagi semua.
Akhirnya, kita diajak untuk memilih yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh calon pemimpin untuk kesejahteraan bersama. Menjelang libur Paskah nanti, kita dianjurkan untuk tidak pergi sebelum nyoblos terlebih dahulu pada Pemilu, Rabu (17/4/2019) mendatang.
Bagi mereka yang senang memanfaatkan waktu libur panjang dengan plesiran/ berwisata, libur lima hari sejak Rabu-Minggu 17-21 April 2019 adalah sebuah kesempatan emas untuk get away menikmati long weekend selama lima hari.
Dimulai dari Rabu, 17 April yakni libur Pemilu. Kamis, 18 April, bagi beberapa umat bisa jadi memperoleh libur Paskah, dilanjutkan dengan libur Wafat Isa Al-Masih pada Jumat 19 April (Jumat Agung), hingga merayakan Paskah, 20-21 April 2019.
Tetapi, sesuai ajakan Bapa Uskup dalam Surat Gembala Prapaskah 2019, baiklah kalau kita menggunakan hak pilih yang kita miliki sebaik-baiknya. Dalam gerakan berhikmat yang kita jalani selama masa Prapaskah, agar kita terus memperbaharui diri, bertumbuh menuju kepenuhan hidup kristiani dan kesucian.
Gerakan itu juga ditangkap oleh kelompok penggerak Pemilu Paroki St Anna Duren Sawit, dengan turut mengimbau umatnya. “Boleh Kita pergi liburan long weekend, asal sudah nyoblos Pemilu, tidak golput dan menggunakan hak pilih dengan bertanggung-jawab, demi masa depan Indonesia,” tulisnya.
Semoga gerakan ini pada waktunya menghasilkan buah yang lebat.
Antonius Bilandoro