Pada tahun 2015, ketika para pemimpin dunia berkumpul di New York dalam rangka Sidang Umum PBB ke-70, salah satu agendanya adalah menetapkan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Agenda tersebut meliputi 17 tujuan pembangunan berkelanjutan. Salah satunya terkait masalah air yang tertuang dalam tujuan ke-6: memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua,” pada tahun 2030. (“…ensuring the availability and sustainable management of water and sanitation for all, by 2030”).
Dilansir dari worldwaterday.org , menurut definisi tersebut berarti tidak meninggalkan siapa pun di belakang kita yang tidak mendapatkan akses untuk air bersih.
Tetapi faktanya hingga hari ini, milyaran orang masih hidup tanpa air bersih baik dalam skala rumah tangga, sekolah, tempat kerja, pertanian, maupun pabrik, mereka berjuang untuk bertahan hidup dan berkembang.
Belum lagi kelompok terpinggirkan seperti perempuan, anak-anak, pengungsi, masyarakat adat, orang cacat dan banyak lainnya yang masih sering terabaikan. Mereka kadang menghadapi diskriminasi, ketika mereka mencoba untuk mengakses dan mengelola air bersih yang mereka butuhkan.
Sementara Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hari Suprayogi mengatakan, saat ini ada lebih kurang 7 miliar penduduk di seluruh dunia. Sebesar 40 persen di antaranya, atau sekitar 2 miliar penduduk, masih belum mendapat akses air bersih.
Sebagaimana dilansir Kompas.com pada Selasa (19/3/2019), Hari mengungkapkan, “Masih 40 persen manusia belum dapat akses air bersih, kira-kira 2 miliar manusia dari 7 miliar penduduk dunia. Mereka itu kesulitan akses air.
Indonesia berpartisipasi, makanya disadarkan semua supaya ikut mengampanyekan air bersih.” Ia turut berharap agar ada mata pelajaran khusus di sekolah yang mengajarkan tentang pentingnya air bersih untuk kehidupan sehari-hari.
Terkait dengan tema peringatan HAD, Hari berpendapat, terutama menciptakan aksesibilitas dan ketahanan terhadap air bersih. “Air untuk semua, semua unsur terlibat. Kementerian PUPR selalu bangun infrastruktur, padahal tidak itu saja, harus didukung yang non-struktur, antara lain unsur sosial. Semua harus terlibat, baik generasi muda maupun tua,” ujar Hari.