HIDUPKATOLIK.com – Bertemu lagi di Panama, orang muda Katolik seluruh dunia ingin setia menjaga ‘ibu bumi’ dari kerusakan. Sadar masih sedikit berbuat, mereka ingin semakin terlibat bagi lingkungan.
Ragam budaya rasanya tidak lagi istimewa bagi penduduk Panama. Negeri di Benua Amerika ini, sudah sejak lama menjadi titik pertemuan budaya dari seluruh dunia. Dengan sebuah terusan yang terletak di tengah negara ini, telah memfasilitasi komunikasi antara pantai Samudera Atlantik dan Pasifik.
Sebulan lalu, Panama menjadi tuan rumah World Youth Day 2019. Pada harihari itu, banyak anak muda dan anggota masyarakat dari Amerika Latin dan Karibia akan menganggap diri mereka sebagai tuan rumah. Begitulah, perjumpaan Orang Muda Katolik sedunia itu akhirnya berhasil dilangsungkan dan melahirkan beragam kesan bagi setiap bangsa yang datang.
Antusias Benua Amerika
World Youth Day 2019 menjadi kesempatan bagi seluruh dunia untuk melihat sekilas antusiasme yang kaya yang dibawa umat Katolik Hispanik dan Latin ke Gereja di seluruh dunia. Sepanjang minggu terakhir Januari, para peziarah ambil bagian dalam katekese, konser, dan banyak kegiatan lain. Euforia itu terus berlanjut bahkan saat kedatangan Paus Fransiskus, Rabu 23/1.
Pada penyelenggaraan sebelumnya, World Youth Day biasanya diadakan pada bulan Juli. Bulan ini cocok bagi orang Eropa dan peziarah dari Amerika Serikat. Namun di Panama, semua terasa berbeda, masih di awal tahun, Orang Muda Katolik sedunia berkumpul untuk semakin mempererat iman dan persatuan mereka sebagai satu Gereja.
Dengan populasi sebanyak 1,5 juta jiwa, Panama akan menyambut sekitar 20 ribu peziarah dari seluruh dunia. Satu jumlah yang lumayan dari sisi devisa negara yang dipimpin Presiden Juan Carlos Varela Rodríguez itu. Tak heran, sang presiden pun memberi dukungan penuh terselenggaranya perhelatan ini. Sejak awal, ia mendorong pemilihan negaranya untuk menjadi tuan rumah acara tersebut.
Panama memang bukan negara Benua Amerika pertama yang menyelenggarakan World Youth Day. Belum berselang lama, Brazil juga menjadi host pada tahun 2014. Namun, penyelenggaraan ini akan dikenang ketika perhelatan ini juga dihadiri Paus Fransiskus. Ia adalah pemimpin Gereja Katolik pertama yang berasal dari Amerika Latin.
Sekarang Tuhan
“Hari ini, Kitab Suci ini telah digenapi dalam pendengaranmu”(Luk 4: 20-21), begitu Paus Fransiskus mengawali khotbahnya pada Misa Puncak World Youth Day, Minggu 27/1. Ia mengungkapkan, bahwa dengan kata-kata ini, Injil menghadirkan awal dari pelayanan publik Yesus. Itu adalah momen penting dalam kehidupan Yesus, seorang anak yang tadinya dididik dan dibesarkan di komunitas itu, berdiri dan mengambil menyatakan dan melaksanakan mimpi Tuhan.
“Bersama Bunda Maria, teruslah berkata ‘ya’ pada mimpi yang telah ditaburkan Tuhan dalam dirimu,” kata Paus di hadapan 700 ribu umat yang datang pada Misa itu. Paus mengatakan, bahwa saat inilah orang muda harus menunjukkan perannya kepada dunia. Sepanjang renungan yang disampaikannya, ia mendorong kaum muda untuk terus menyumbangkan potensinya bagi perkembangan dunia yang jauh lebih baik. Ia melanjutkan, orang muda jangan sampai menunggu, saat ini juga, mereka harus bergerak untuk melakukan tugas itu. “Bukan hari ini tapi sekarang. Hari ini, Kitab Suci ini telah digenapi dalam pendengaran Anda,” ujar paus.
Paus menjelaskan, selaras dengan pesan dalam Injil Lukas, ia menafsirkan “hari ini” sebagai “sekarang”. Ia mengatakan, di dalam Yesus, masa depan yang dijanjikan telah dimulai dan menjadi kehidupan. Sayangnya, lanjut Paus, setiap orang tidak selalu percaya bahwa Tuhan dapat menjadi nyata dan biasa, begitu dekat dan nyata bagi manusia. “Allah dekat setiap hari, seorang sahabat dan saudara, menuntut agar kita peduli dengan lingkungan kita,” ujar Paus bernama asli Mario Bergoglio itu.
Paus Fransiskus kembali mengingat Sinode Para Uskup tentang Pemuda tahun lalu. Ia mengatakan, sinode itu membantu dunia untuk menyadari bahwa setiap orang selalu saling membutuhkan. Setiap manusia yang menjadi bagian dari dunia harus bersama mendorong impian dan bekerja untuk hari esok. “Mulai hari ini. Tidak besok tapi ‘sekarang’. Sadarilah, bahwa Anda memiliki misi,” kata Paus.
Di akhir Misa, Paus Fransiskus mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah berkontribusi untuk menjadikan World Youth Day 2019 ini menjadi kenyataan di Panama. Kata-kata terakhir Paus pun ditujukan kepada orang-orang muda itu. “Dan jangan lupa, kamu bukan hari esok, kamu bukan ‘sementara’, kamu adalah ‘Now of God’,” tutupnya seperti diberitakan www.vaticannews.va, (27/1).
Isu Lingkungan
Sudah hampir empat tahun dipromulgasikan, Ensiklik Laudato Sii’ masih terus dibawa termasuk World Youth Day 2019 di Panama ini. Pada kesempatan ini, orang-orang muda mengeluarkan “manifesto” untuk “perawatan rumah bersama”. Mereka mengenang pesan Paus Fransiskus yang mengingatkan bahwa “rumah kita bersama” sedang dalam kerusakan parah. “Kami, kaum muda Katolik Sedunia di Panama, ingin mengangkat hati dan pikiran kami dalam pujian, kegembiraan, dan rasa terima kasih atas hadiah indah dari ‘saudari kita, bumi pertiwi’,” begitu dikatakan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan 21/1.
Mereka memanggil pejabat Gereja dan Orang Muda Katolik lainnya untuk bertobat. Mereka mengajak semua orang untuk membangun kesadaran pada masalah lingkungan. “Untuk waktu yang lama, umat manusia telah memulai berjalan di jalan perusakan lingkungan yang tidak bertanggung jawab. Hal ini terus mempengaruhi masa depan.”
Para uskup dari seluruh dunia telah mengakui bahwa generasi sekarang telah meninggalkan planet ini dalam kondisi yang kurang sehat. Sebagian ulah manusia bahkan menghasilkan kondisi yang memaksa populasi, khususnya kaum miskin, untuk bermigrasi dari rumah mereka.
Pada World Youth Day 2019 kali ini, orang muda melihat bahwa “masyarakat adat” memiliki peran penting dalam melindungi tanah air leluhur mereka dari kegiatan eksploitasi. Sebagai kumpulan Orang Muda Katolik, mereka akan membuktikan sebagai orang Kristen sejati. Mereka ingin mengintegrasikan peran perawatan ciptaan dalam iman mereka.
“Kami sadar bahwa kami, anak muda Katolik, tidak cukup berbuat. Kami akan mempelajari dan lebih memahami masalah ekologis, dalam upaya untuk lebih mempersiapkan diri untuk memajukan transformasi yang dibutuhkan di semua tingkatan: di keluarga, sekolah, universitas, lingkungan kerja, lingkaran olahraga, melalui media dan budaya kami,” ungkap pernyataan itu.
Dengan berakhirnya World Youth Day 2019 di Panama, bukan bearti langkah Kaum Muda Katolik sedunia berhenti. Mereka sudah menatap jauh ke depan, ke masa dua tahun lagi di Portugal. Pada saat itu, akan diselenggarakan pertemuan Orang Muda Katolik sedunia yang ke-17. Di sana sudah menunggu mimpi-mimpi anak muda Katolik.
Antonius E. Sugiyanto
HIDUP NO.06 2019, 10 Februari 2019