HIDUPKATOLIK.com – Kardinal Charles Bo dari Myanmar dengan keras menentang pembangunan bendungan Myitsone. Pembangunan berlokasi di Sungai Irrawaddy ini di dukung oleh Tiongkok. “Tindakan adalah hukuman mati bagi rakyat Myanmar!” ujarnya keras seperti dilansir www.vaticannews. va, (30/1).
Dalam siaran pers 28 Januari, uskup agung Yangon ini mengimbau semua pemangku kepentingan untuk menghentikan proyek tersebut dengan mengatakan bahwa bendungan kontroversial itu adalah bencana lingkungan yang akan membuat jutaan petani kehilangan mata pencaharian mereka di mana negara ini 80 persen penduduknya bergantung pada pertanian.
Kardinal Bo juga mengecam “negara-negara besar” yang menginginkan segalanya dari bangsa ini. “Selama beberapa dekade, mereka menyalahgunakan posisi strategisnya untuk mengancam Myanmar. Mereka memperdagangkan gadis dan wanita kami melalui perdagangan manusia di negara bagian utara Myanmar,” ujarnya.
Kardinal secara gamblang membandingkan mereka yang mendukung kembali proyek bendungan ini sama dengan anak yang menjual orangtua mereka untuk mendapatkan uang. “Sejarah tidak akan pernah memaafkan mereka yang menjual ibu kami, Irrawaddy,” ia memperingatkan dan berharap bahwa para pemimpin negara itu akan menentang semua upaya untuk menghancurkan nasib dan martabat bangsa.
Diketahui pada tahun 2010, pembangunan bendungan telah menyebabkan relokasi setidaknya 3.000 orang. Pada bulan September 2011 di era Presiden Thein Sein yang di dukung militer menangguhkan pembangunan. Namun, Tiongkok bersikeras menyerukan dimulainya kembali proyek tersebut.
Felicia Permata Hanggu
HIDUP NO.06 2019, 10 Februari 2019