HIDUPKATOLIK.com – Pekan II Prapaskah; Dan 9:4b-10; Mzm 79; Luk 6:36-38
DO ut des, saya berbuat baik supaya mendapat balasan, pamrih namanya. Bila saya berbuat baik karena telah menerima kebaikan terlebih dahulu, itu namanya balas budi.
Ketika kebaikan saya tidak dihargai, bahkan dibalas dengan kejahatan, namun saya tetap rela berbuat baik, itulah murah hati. Allah sering mendapat perlakuan seperti itu dari manusia, kebaikan-Nya tidak dibalas sepadan.
Namun, Ia tidak berubah dan tetap murah hati. Kitab Daniel mencatat pengakuan Israel atas ketidaktaatan kepada Allah dan aneka penyimpangan mereka terhadap perintah-Nya. Mereka tidak putus asa karena pengakuan dilandaskan pada pengharapan akan belas kasih Allah, yang penyayang lagi pengampun.
Allah bukan pendendam yang membalas setimpal dengan dosa-dosa manusia. Maka Yesus berkata, “hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu, adalah murah hati” (6:36). Dalam pengakuan dosa, kita menyelami kemurahan hati Allah.
Sakramen tobat adalah sakramen penyembuhan, bukan penghukuman. Pusat Sakramen Tobat bukan jenis dan jumlah dosa tetapi sikap syukur atas kesetiaan Allah terhadap Perjanjian Kasih kendati umat yang dikasihiNya berulang kali menyeleweng.
Gembala baik meninggalkan 99 domba untuk mencari dan menyelamatkan seekor yang hilang. Itulah teladan kemurahan hati Allah bagi semua orang.
Monica Maria Meifung
Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta
HIDUP NO.11 2019, 17 Maret 2019