HIDUPKATOLIK.com – Pemimpin umat Katolik sedunia Paus Fransiskus bersama rekan-rekan Kuria Roma saat ini tengah mengikuti retret tahunan Prapaskah. Satu pesan yang diperdengarkan pada sesi meditasi Selasa pagi adalah tentang memberantas ketidakpedulian dan penyakit dari kota-kota yang kita tempati dan mengembalikan kembali keindahannya.
Pemberi retret, Kepala Biara Benediktin Italia, Bernardo Francesco Maria Gianni, merefleksikan tentang perlunya mencabut ketidakpedulian yang seolah membentengi diri dari tanggung jawab kita terhadap orang lain. Yakni dengan mencari keindahan dan keseimbangan yang berasal dari penyadaran dicintai oleh Tuhan dan sebagai tanggapan dengan membalas cintaNya.
Dalam khotbah refleksi di hari ke-4 (dari rangkaian retret yang berlangsung pada 10-15 Maret 2019) bertema “Keburukan, aib, dan ketidakpedulian hari ini,” kepala biara mengatakan bahwa kita dipanggil untuk melihat luka-luka kota yang kompleks dan ditandai dengan ketidakadilan dari semua jenis.
“Untuk melakukannya, kita perlu membiarkan kenyataan menang atas gagasan, dan bukan sebaliknya,” sebagaimana dikatakan oleh Paus Fransiskus.
Sikap Acuh Tak Acuh
Pengkhotbah berbicara tentang ketidakpedulian/ acuh tak acuh/ masa bodoh, sebagai salah satu dari tiga tanda kejahatan yang sering melumpuhkan hati kita dengan cara yang halus dan mengaburkan mata kita.
Ketidakpedulian, ujar Gianni, bertindak sebagai perisai yang mencegah kita dari tanggung jawab kita terhadap orang lain. “Adalah bertentangan dengan hasrat penginjilan yang Tuhan ingin nyalakan dengan kuasa Roh Kudus di dalam hati kita,” beber Kepala Biara itu.
Tindakan Gereja dan pria dan wanita yang berkehendak baik, jelas Gianni, benar-benar menjadi buah yang dihasilkan oleh orang yang taat dan bersemangat mendengarkan Injil kehidupan Yesus. Dengan (melakukan) kekudusan di masa kini, bara api itu benar-benar dapat membakar cahaya harapan di malam kota-kota dunia kita.
Godaan (akan) ketidakpedulian, yang juga memengaruhi para jemaat, kata kepala biara itu, dapat diatasi dengan membawa dan menjelma dalam Firman Allah di kota-kota kita dengan segala cara.
Kecantikan dan Proporsional
Mengenai hal ini, pemberi homili itu mengusulkan “resep” pengobatan berupa kecantikan dan suatu bagian (proporsi). “Seseorang perlu mencari keseimbangan antara manusia dan dirinya sendiri, dan antara manusia dan benda-benda,” imbuh Gianni lagi.
Ini berarti melepaskan ilusi kita yang berada di tengah/ pusat perhatian dan membuka mata kita pada kenyataan, untuk melihat cahaya dan mendengarkan keheningan sejati. Bukan kita, melainkan Kristus, yang adalah pusat sejarah dan ruang, yakni kepada siapa kita harus menyelaraskan diri, demi memberikan kesenangan kepada Bapa.
Hasil dari perjalanan Prapaskah yang baik, kata kepala biara itu, adalah membiarkan tangan Tuhan memulihkan kecantikan kita, yang hanyalah tanah liat, rapuh dan miskin, serta membutuhkan napas Tuhan. “Jika Anda mempercayakan diri Anda sepenuhnya kepada Tuhan, Anda akan menjadi karya seni-Nya yang sempurna,” tutur Kepala Biara Benediktin itu.
Selama mengikuti retret Prapaskah yang akan berakhir pada Jumat, 15 Maret 2019, Paus Fransiskus melalui akun @franciscus dengan cuitan yang diunggah pada Senin, 11/3, dari Casa Divin Maestro, mengajak umat Katolik mendoakan dirinya bersama Para Uskup/ Kuria Roma.
“Saya meminta semua orang untuk mengingat dalam doa, saya dan rekan kerja saya di Kuria Romawi, yang malam ini akan memulai minggu Latihan Rohani,” tulisnya.
Sumber: vaticannews.va/ Robin Gomes; @franciscus
Penerjemah: Antonius Bilandoro