web page hit counter
Minggu, 3 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Meneruskan Garis Keturunan Keluarga

Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Romo Erwin, kami pasutri sudah dikaruniai tiga putri yang sedang beranjak dewasa. Saya dan istri hidup dalam tradisi yang kental Chinese sehingga anak laki-laki harus meneruskan garis keturunan. Sebagai suami, sering saya gelisah karena kami tak mempunyai anak laki-laki. Istri saya pun merasa gelisah karena saat ini ia sudah berusia 40 tahun. Istri tak mungkin lagi mempunyai anak. Keadaan ini kadang meresahkan kami. Apakah saya boleh mendapatkan pencerahan tentang hal ini dari Romo?

Frans, Kalimantan Timur.

Bapak Frans yang sedang bingung, saya ikut merasa prihatin dengan situasi Bapak, meskipun saya tak melihat adanya masalah besar yang harus dikhawatirkan oleh seluruh keluarga. Anak laki-laki dan anak perempuan tentu sama saja bagi Gereja dan bagi masyarakat kebanyakan. Hal yang menjadi masalah hanyalah kultur atau budaya yang membebani dengan sesuatu yang sebenarnya “tidak harus” dan “tidak wajib”.

Gereja tak pernah melihat kesuksesan sebuah keluarga dengan keberhasilan mempunyai anak laki-laki atau anak yang kelak akan meneruskan keturunan. Saya merasa dalam hal ini, Anda berdua pun telah sangat dipengaruhi oleh budaya tadi, sehingga kegelisahan mengganggu kebahagiaan Anda berdua dan bahkan seluruh keluarga. jika Anda sendiri merasa itu akan bermakna atau mempunyai pengaruh dalam hidup Anda, maka Anda akan bermasalah secara psikologis.

Saya tak bermaksud mengecilkan makna kultur, tapi tak sedikit kultur atau budaya mencengkeram kita begitu dalam sehingga kita lupa akan hal sebenarnya yang lebih bernilai iman dan bahkan lebih masuk akal. Menghormati budaya tak sama dengan mengabdi pada budaya itu sampai mengorbankan iman.

Pernahkah terpikirkan bagaimana perasaan semua anak-anak perempuan Anda? Pernahkah Anda memikirkan jika seandainya Anda tak akan mempunyai anak laki-laki karena Tuhan menghendaki demikian? Apakah ada rencana lain yang akan Anda berdua lakukan untuk mengingkari kenyataan? Saya kira semua itu hanya akan menjadi kepalsuan, karena anak-anak memang dianugerahkan Allah kepada kita karena Dia menghendaki demikian.

Bapak Frans dan Ibu, mari kita bersama belajar mengajak semua orang menjadi semakin beriman dan semakin realistis. Usaha mempunyai anak yang begini atau begitu tentu boleh, karena itu menunjukkan kita semua peduli pada masa depan dan generasi baru, tapi memanipulasinya seringkali tak menguntungkan dan hanya akan mengusik batin atau melukainya. Perempuan dan laki-laki sama, jika kita mengasuhnya dengan baik dan disiplin.

Ajaklah istri untuk berbicara terus terang bahwa Anda berdua tak mungkin atau besar kemungkinan mempunyai anak lagi. Katakan dengan penuh iman bahwa anak-anak adalah anugerah bebas dari Allah dan kesediaan manusia untuk menerimanya dengan senang hati. Jika Anda berdua sepakat dan sesuara, saya yakin siapapun takkan dapat mempengaruhi dan menyusahkan Anda begitu hebat.

Selain itu, tindakan dan sikap kita sangat ditentukan oleh cara pikir, pandangan hidup, keyakinan, dan termasuk juga pengalaman pribadi kita. Mari pikirkan bahwa rencana Tuhan untuk anak-anak itu adalah yang terbaik. Tuhan punya rencana. Ia punya kebijaksanaan-Nya sendiri dan tidak bisa diatur oleh manusia. Lagipula pikiran kita harus sudah lebih fokus untuk melanjut hidup bersama pasangan dan anak-anak dalam keluarga inti. Kita tak boleh terus-menerus mendengarkan suara orangtua yang de facto kurang menguntungkan hidup bersama.

Rasa sayang dan hormat kepada orangtua tak usah dikaburkan dengan selalu mengikuti perintah atau nasihat mereka yang tak selalu benar. Anda dan pasangan tentu lebih tahu bagaimana menjalankan hidup berkeluarga dengan cara terbaik. Sampaikanlah pandangan Anda bersama istri kepada orangtua secara sopan. Jika mereka orangtua yang baik, tentu mengerti bahwa perkawinan tak perlu terganggu hanya karena tak punya anak laki-laki. Semoga Tuhan memberkati Anda sekeluarga. Salam untuk ketiga anak-anak Anda sekarang ini.

Alexander Erwin Santoso MSF

HIDUP NO.05 2019, 3 Februari 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles