HIDUPKATOLIK.com – Sir. 35:1-12; Mzm. 50:5-6,7-8,14,23; Mrk. 10:28-31
“MENGIKUTI Yesus” berarti “melepaskan segala sesuatu”. Petrus atas nama para murid tampaknya menampilkan satu teladan dalam sikap lepas bebas ini: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau!” (Mrk. 10:28).
Seolah-olah dia boleh berbangga bahwa “sudah” melaksanakan itu dan Yesus menanggapinya secara positif dengan menunjuk satu kepastian yang menjadi gaya hidup komunitas kaum miskin beriman.
Hidup berbagi dalam sikap lepas bebas itu memang akan berbuah dalam relasi persaudaraan yang makin luas, lebih dari sekedar hubungan darah dan kekeluargaan. Walaupun demikian, Yesus tidak mau memberikan satu harapan palsu.
Berbagi pilihan iman dalam mengikuti Yesus mengandung arti juga berbagi nasib dalam mengalami “berbagai penganiayaan” (Mrk. 10:30). Namun justru itulah yang membuat seorang murid Kristus harus selalu menilai dirinya sendiri.
Apakah ia “sudah” sesuai dengan yang diharapkan dalam panggilannya atau “belum”. “Banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu” (ay.31).
Dengan “menyitir” sedikit kata-kata Paulus, bolehkah kita berpikir bahwa upah mengikuti Yesus adalah mengikuti Yesus tanpa upah (bdk. 1Kor. 9:18)?
Romo Vitus Rubianto Solichin SX
Dosen Kitab Suci STF Driyarkara Jakarta, Doktor Teologi Kitab Suci dari Universitas Gregoriana, Roma
HIDUP NO.09 2019, 03 Maret 2019