HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh yang baik, saya dikhianati oleh teman dekat sekaligus rekan kerja. Persoalan tersebut mengenai pekerjaan. Apa yang ia sampaikan di depan saya ternyata berbeda dengan yang ia sampaikan kepada pimpinan. Jadi, sebenarnya, ia telah berbohong kepada saya maupun institusi dalam arti ini pimpinan di tempat kerja kami.
Padahal, saya dan teman saya itu sudah saling kenal lama. Ia mengenal saya dan keluarga saya, begitu pula sebaliknya. Saya juga amat membantunya dalam pekerjaan. Namun, ternyata saya justru dikhianati olehnya hanya karena ia ingin terlihat baik di depan pimpinan dan karyawan lain. Apa yang harus saya lakukan? Terima kasih Pengasuh.
Angeline Inggrit, Palembang
Keluhan yang Anda sampaikan banyak terjadi di tempat kerja atau di komunitas. Hal ini menimbulkan rasa tak nyaman bagi orang yang terkena perilaku semacam itu. Alasan orang “menohok teman seiring” terutama berkaitan dengan masalah harga diri si pelaku.
Pertama, ada perasaan rendah diri pada pelaku ketika ia membandingkan dirinya dengan teman yang ditohok, sehingga ia merasa iri kepada orang yang ditohok. Ia merasa dirinya lebih “rendah” sehingga merasa iri dengan kondisi tersebut. Tak pelak, demi meninggikan dirinya, ia berusaha merendahkan atau mengecilkan arti atau peran orang lain.
Kedua, si pelaku berusaha untuk memproyeksikan kelemahannya kepada korban, supaya ia merasa dirinya lebih aman. Hal ini terutama terjadi bila penilaian kekurangan yang ada pada dirinya bisa menjadi suatu ancaman untuk karir atau masa depannya. Dengan mengalihkan kelemahan dirinya kepada orang lain, si pelaku berharap korbanlah yang dinilai lebih negatif, sehingga merasa diri aman lantaran ancaman untuknya telah dipindahkan kepada korban.
Menghadapi situasi semacam ini sebaiknya Anda bersikap seperti biasa, baik terhadap pekerjaan, atasan, ataupun pelaku. Sebisa mungkin Anda tunjukkan bahwa hal itu tak terlalu mempengaruhi Anda. Karena bila menunjukkan bahwa Anda terpapar dampak negatif dari provokasinya, ia akan terus melakukannya lagi.
Sebaliknya, bila ia melihat bahwa usahanya tak berhasil, ia akan menghentikan perilaku tersebut. Dengan demikian, kita menerapkan ajaran Yesus kepada Petrus “Bila ditampar pipi kirimu, berikanlah pipi kananmu”. Bila kita “ditampar” namun tak merasa sakit, bahkan memberi kesempatan untuk disakiti lagi, orang akan berhenti menyakiti kita.
Cari situasi yang memungkinkan Anda untuk berbicara berdua, dari hati ke hati dengan pelaku. Bila ia mengakui kesalahannya, maafkanlah, tapi bila menyangkal, janganlah emosi. Setidaknya, hal ini akan menunjukkan kepadanya bahwa Anda tak nyaman dengan perilakunya. Ajak dia untuk bersama-sama membangun kembali suasana persahabatan yang dulu terbina, dengan mengajak bersama-sama memperbaiki diri atau meningkatkan kinerja bersama di mata atasan.
Selain itu, tetaplah konsisten dalam bekerja, karena Anda tak mengetahui bagaimana dampak perilaku teman pada penilaian atasan terhadap Anda. Bagaimanapun penilaian atasan, Anda takkan dapat mengubahnya begitu saja. Dengan bersikap konsisten dalam mengerjakan tugas-tugas dan dalam berinteraksi dengan rekan kerja atau atasan, pemimpin Anda akan lebih bisa menentukan siapa yang lebih bisa dipercaya.
Itulah yang akan bisa mengubah penilaian atasan. Karena orang yang memproyeksikan kekurangan atau kesalahannya kepada orang lain, lama kelamaan akan mengalami kelelahan. Akibatnya, ia menjadi tak konsisten dan suatu saat akan lupa untuk melakukan proyeksi. Seperti bunyi pepatah, “sepandai-pandai menutupi bangkai, akan tercium juga baunya”.
Drs George Hardjanta MSi
HIDUP NO.04 2019, 27 Januari 2019