HIDUPKATOLIK.com – Setiap anak di paroki harus bisa merasakan pendidikan tinggi. Uang bukan persoalan.
NOVINDA Drigita tak henti-hentinya bersyukur dirinya bisa mengenyam dan menuntaskan pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Sejak SD, Ovin, demikian panggilannya, harus merasakan berada dalam asuhan orangtua tunggal. Ia tinggal bersama sang ibu, yang saban hari sebagai ibu rumah tangga.
“Bukan hal yang mudah tentunya bagi Mama untuk bisa menjalani ini. Mama tidak hentinya berdoa memohon pertolongan Tuhan, dan aku percaya Tuhan pasti akan bekerja dengan cara-Nya sendiri,” ujarnya.
Ovin mengenang, impiannya untuk bisa kuliah semula sekadar angan-angan. Ia yakin, ibunya tak mampu membiayai kerinduannya itu. Sebab, untuk membayar uang sekolah pun, mereka amat kesulitan. Percik harapan untuknya bisa berkuliah tumbuh berkat bantuan Program Ayo Sekolah Ayak Kuliah (ASAK).
Ovin mendapat bantuan pendidikan itu dari para donatur di gerejanya, Paroki St Bartolomeus Taman Galaxy, Bekasi. “Puji Tuhan aku berkesempatan untuk berkuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta dengan beasiswa dan lulus 3,5 tahun,” ujar Ovin, yang kini bekerja di sebuah kantor penanaman modal asing di bilangan Jakarta.
Manfaat program ASAK dirasakan juga oleh Rica Raki, siswi kelas 11 di sebuah sekolah negeri di Bekasi. Tak hanya dirinya, sang kakak, yang setahun di atas dirinya juga turut mencicipi bantuan pendidikan dari Paroki Taman Galaxi.
Rica ingat sebuah kejadian sewaktu masih mengenakan seragam putih-biru. Lantaran tak memiliki biaya, ijazah SMP Rica ditahan oleh pihak sekolah. “ASAK membantu melunasi hutang saya di SMP, sehingga saya bisa mendapatkan ijazah dan saya bisa melanjutkan sekolah hingga sekarang. Tak hanya soal uang, tim ASAK juga selalu membimbing dan menyemangati kami untuk terus melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, agar kelak bisa menjadi orang yang berhasil,” ujar Rica, bertekad.
Kisah anak-anak ASAK, seperti Ovin dan Rica, senantiasa membekas di benak dan hati Sudrajat, salah satu anggota tim ASAK Paroki Taman Galaxi. Ia ingat betul, saat berjumpa pertama kali dengan mereka. “Dulu, mereka datang dengan kepala tertunduk. Tapi, kini saya bahagia, melihat mereka datang kepada saya dengan kepala tegak sembari tersenyum. Prestasi mereka di sekolah luar biasa. Mereka juga terlibat di kegiatan gereja,” puji Sudrajat, bahagia.
Saat ini, program ASAK Paroki Taman Galaxi masih terus bergulir. Untuk menopang bantuan pendidikan tersebut, selain donatur dari umat, Seksi Pelayanan Sosial Ekonomi (PSE) dan orang muda Paroki Taman Galaxi menggalang konser paduan suara.
Para pengisi acara antara lain: Stars in the East Children Choir, Acolyte Percussion, Paduan Suara Sanbarto, Putra-Putri Daud, Lux Mundi, dan diiringi oleh Orkestra Albert Symphony. Konser yang berlangsung di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta Selatan, Sabtu, 9/2, menurut Ketua PSE Paroki Taman Galaxi, D. Suprihandono, selain untuk menggalang dana tapi juga memberikan apresiasi kepada anak-anak ASAK yang terlibat dalam kepanitiaan.
“Dana terus-terang kami butuhkan, tapi selain itu adalah apresiasi. Dan itu bisa diberikan lewat kehadiran dan menyaksikan pertunjukan ini (konser),” ujarnya. Delapan tahun ASAK hadir di Paroki Taman Galaxi, menurut Suprihandono, bantuan pendidikan itu sudah mewujudkan impian sekitar 151 anak untuk merasakan pendidikan mulai dari SD hingga perguruan tinggi.
Ketua acara, A. Bimo Dewanto Caesar dan Yosua Parlindungan, berterima kasih untuk dukungan seluruh pihak untuk membantu pendidikan anak-anak ASAK. Dari hasil penggalangan dana pada malam konser itu terkumpul sekitar Rp 120 juta untuk bantuan pendidikan ASAK.
Menurut Sekretaris Komisi PSE Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Stefan Adam, program ASAK di KAJ telah tersebar di 55 paroki. Dari jumlah tersebut ada paroki yang membantu biaya pendidikan untuk anak-anak di paroki tetangga. “Bahkan ada paroki yang membantu pendidikan di keuskupan lain,” pungkasnya.
Yanuari Marwanto
HIDUP NO.08 2019, 24 Februari 2019