web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Beata Anna Kolesárová (1928-1944) : Teladan Kesucian

Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Ia mempertaruhkan nyawa demi mempertahankan kemurniaan. Patron korban kekerasan dan pemerkosaan ini menjadi beata pertama Slovenia dari kalangan awam.

Gadis berambut pendek ini tak seperti remaja seusianya. Kala teman-temannya bisa bebas atau sesuka hati bermain atau bepergian ke tempat lain, Anna Kolesárová, justru menyelam dalam aneka pekerjaan domestik di rumahnya. Ia sendirian mengerjakan urusan tersebut. Ibundanya meninggal sejak Anna berusia sepuluh tahun.

Selain mengurus rumah, Anna juga merawat dan memperhatikan ayah serta adiknya. Praktis, waktu dan tenaganya tercurah ke sana. Ia baru keluar rumah dan bertemu dengan teman-temannya saat ke gereja bersama. Atau, doa lingkungan. Anna rajin mengikuti dua kegiatan tersebut.

Karya yang dilakoni Anna bukan karena tuntutan sang ayah. Kesadaran itu tumbuh dari dalam dirinya. Sejak ibunya meninggal, ia memutuskan untuk mengikuti jejak perempuan yang telah melahirkan dan menginspirasinya: berbakti bagi keluarga. Banyak orang mengagumi kualitas kepribadian buah hati pasangan Ján Kolesár dan Kušnírová itu. Padahal, usianya masih terbilang belia.

Selamat Tinggal
Orang takkan menyangka, hidup gadis yang amat rajin, peduli kepada keluarga, serta saleh itu harus berakhir tragis. Alkisah, pada Rabu malam, 22 November 1944, pasukan Tentara Merah Soviet melintasi perkampungan Vysoká nad Uhom, Slovakia. Mereka terkenal buas. Siapa pun bisa menjadi korban, terutama kaum perempuan.

Tahu Tentara Merah datang, penduduk bersembunyi, termasuk keluarga Ján Kolesár. Ia bersama kedua anaknya bersembunyi di bawah tanah di dekat dapur. Malang, seorang Tentara Merah dalam kondisi mabuk tiba-tiba menyeruduk rumah Ján Kolesár. Ia menyelidiki bagian demi bagian rumah itu, termasuk setiap celah yang terdapat di sana.

Nahas, tentara tersebut mengetahui persembunyian Ján Kolesár bersama anak-anaknya. Sang ayah meminta putrinya untuk menyiapkan makanan serta minuman untuk tentara itu. Anna keluar dari persembunyian dengan mengenakan busana gelap milik ibunya. Cara itu untuk mengelabuhi tentara bahwa dirinya adalah adalah seorang perempuan yang telah menikah.

Anna lantas melangkah ke dapur dan mengikuti pesan ayahnya. Ia berharap, tentara tersebut mengetahui semua yang bersembunyi di dalam rumah hanya penduduk biasa. Sayang, harapan tersebut nyatanya jauh panggang dari api. Tentara itu menggoda dan memaksa Anna untuk menyerahkan dirinya. Anna menolak.

Lantaran perintahnya tak dituruti, tentara itu menarik dan membekap Anna. Namun, dengan sekuat tenaga, Anna berhasil melepaskan diri dari cengkraman pria buas itu. Ia berlari ke ruang bawah tanah. Pria yang hendak memperkosanya melompat, mengambil senapan, dan memuntahkan timah panas ke arah Anna.

Dua butir peluru mengenai wajah dan dada gadis tak berdosa itu. Tubuh Anna roboh di hadapan ayah dan saudaranya. Darah segar membasahi tanah yang dingin. Di penghujung hidup, dengan nafas tersenggal-senggal, ia berpamitan kepada orang tercinta, “Ayah, selamat tinggal. Yesus, Maria, Yosef.”

Destinasi Ziarah
Situasi Vysoká nad Uhom yang masih mencekam, memaksa keluarga dan penduduk di sana tak bisa segera memakamkan jenazah Anna. Mereka baru bisa menguburkan gadis tersebut pada sore sehari setelah kejadian. Lubang makamnya pun dangkal. Suasana desa yang belum kondusif itu juga memaksa mereka memakamkan Anna tanpa Misa Requiem. Semua berlangsung secara senyap dan sembunyi.

Sepekan kemudian, jenazah Anna dipindahkan dan dikuburkan di pemakaman umum secara layak. Pastor Paroki St Yohanes Pembaptis Vysoká nad Uhom, Keuskupan Agung Košice, Pastor Anton Luká, mengadakan Misa Requiem untuk Anna. Perayaan tersebut dihadiri keluarga dan umat paroki setempat. S

Beberapa hari kemudian, Pastor Luká menulis kesaksian seputar kematian Anna dalam catatan paroki. Kisah tersebut ia tulis berdasarkan penuturan sejumlah saksi mata yang berada di lokasi kejadian. Dalam catatannya berjudul Hostia Santae Castitalis (Pengorbanan Kesucian), selain mendeskripsikan tentang kronologi kematian Anna, Pastor Luká juga menyebut umatnya itu wafat sebagai martir. “Gadis ini memilih untuk mati sahid daripada kehilangan keperawanannya,” tulis Pastor Luká, seperti dilansir oleh www.annakolesarova.sk.

Kisah heroik Anna begitu santer terdengar ke seluruh penjuru Slovakia. Banyak orang mengagumi keberanian gadis tersebut dalam mempertahankan kemurniannya, meski itu harus dibayar mahal dengan nyawanya. Mereka juga takjub, sikap dan pola pikirnya jauh lebih dewasa ketimbang usianya.

Kendati banyak simpatik dan menuai banyak pujian, rezim berkuasa mengeluarkan ultimatum, tak ada seorang pun yang boleh berziarah ke makam Anna. Pemerintah juga melarang penduduk membicarakan namanya. Baru begitu komunis tumbang, banyak orang terutama kaum muda dari berbagai tempat mengunjungi makam Anna dan rumah keluarga Ján Kolesár. Dua lokasi itu menjadi destinasi ziarah di Slovakia hingga kini.

Pavol Hudak, Pastor Paroki Vysoká nad Uhom saat ini, dalam wawancara dengan Agenzia SIR, dan dikutip oleh www.fraternitiesop.com, mengungkapkan, banyak umat terutama orang muda berziarah ke makam dan kediaman Anna karena pancaran teladan rohani dan keutamaan hidupnya. Kualitas pribadi Anna, lanjut Pastor Hudak, yang menggerakan kaki dan hati mereka ke sana.

Ia menganalogikan keindahan pribadi Anna seperti bunga mawar. Orang menyukai bunga itu karena rupanya yang indah. Namun, mawar tak hanya cantik secara fisik. Bunga itu juga memiliki aroma yang harum. Demi mengetahui aroma tersebut, setiap orang harus mendekat dan bahkan mencium bunganya. Demikian yang dilakukan oleh para peziarah. Mereka ingin berada dekat dengan Anna untuk mengetahui dan menggali kualitas yang dimiliki martir muda dari Slovenia itu.

Awam Pertama
Atas kesalehan hidup, kesederhanaan, komitmen, serta keteguhan Anna dalam mempertahankan kemurniaan, Paus Fransiskus menganugerahkan gelar beata kepada martir muda dari Slovenia ini pada 6 Maret 2018. Anna merupakan awam pertama Slovenia yang mendapat gelar itu dari Takhta Suci.

Upacara beatifikasi martir kemurniaan ini berlangsung di Stadion Lokomotíva, Košice, Slovakia, 1 September 2018. Misa dipimpin oleh Prefek Kongregasi Penggelaran Kudus, Kardinal Giovanni Angelo Becciu. Di hadapan sekitar 30 ribu umat, Kardinal Becciu mengatakan, pelecehan dan kekerasan terhadap perempuan masih banyak terjadi di dunia. Bahkan di Eropa, yang tergolong sebagai negara negara maju dan makmur, kaum wanita masih marak menjadi obyek kejahatan. Ironisnya, pelaku kejahatan tersebut kerap luput dari jeratan hukum.

Mantan Nunsius Apostolik Angola itu mengajak seluruh umat meneladani hidup dan teladan rohani Beata Anna, terutama menjaga kemurnian hati. “Marilah menjaga kemurniaan hati agar kelak menjadi berkat (bagi orang lain) dan mampu melihat (kemuliaan) Allah,” harapnya, seperti dilansir oleh www.vaticannews.va.

Gereja mengenang teladan kemurniaan Beata Anna tiap 20 November. Ia menjadi patron orang muda, korban kekerasan, dan pemerkosaan.

Yanuari Marwanto

HIDUP NO.03 2019, 20 Januari 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles