HIDUPKATOLIK.com – Program ini langsung menyentuh dan menjawab kebutuhan ekonomi umat.
SENGATAN terik mentari tak menyurutkan langkah para misionaris menyebarkan kabar gembira di Pulau Timor. Sekitar tahun 1556-1560, para Misionaris Dominikan mencatat ada sekitar 5000 penduduk asli pulau itu yang menjadi pemeluk Katolik.
Terdengar juga nama seorang imam Pastor Antonio Tancipo, yang pada pertengahan abad XVI itu sudah berkarya di sana. Pengembaraan pewartaan sukacita Kristus di tanah Timor pun mendulang harapan.
Perkembangan umat Katolik di Kupang dan sekitarnya semakin pesat. Oleh karena itu, dibutuhkan keseriusan untuk mendirikan sebuah rumah pastoran di Kupang. Mimpi tersebut mulai dikonstruksikan pada tahun 1936. Akhirnya melalui usaha dan doa diperoleh sebidang tanah yang dipakai untuk mendirikan rumah pastoran sederhana.
Kini tempat pastoran itu berdiri Katedral Kristus Raja Kupang. Katedral Kupang yang berlindung di bawah nama Kristus Raja ini berdiri pada tanggal 15 Agustus 1967. Kini gedung tinggi itu berada di Jl Ir Soekarno No 1, Bonipoi, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Paroki ini juga membawahi dua stasi yakni Kapela St Antonius Kelapa Lima dan Kapela St Fransiskus Perumnas. Pastor rekan Katedral Kupang yang bertanggung jawab membina iman anak muda, Pastor Hiro Nitsae, Pr membeberkan bahwa paroki ini terus mekar karena peran anak mudanya.
Semangat militansi mereka memperjuangkan iman sungguh terlihat. Antusiasme mereka ditunjukkan melalui keseriusan mereka mengembangkan talenta kreatif dalam bidang musik dan tarik suara. “Anak muda adalah garda terdepan paroki kami,” ungkap pastor yang berasal dari Rote ini.
Paroki menangkap sebuah fenomena vitalitas di antara para kaum hawa, baik perempuan dewasa dan belia. Pasalnya, minat mereka pada bidang kecantikan sungguh terlihat. Keterarikan khusus ini besar sebab peluang usahanya juga besar, dibarengi dengan gaya hidup masyarakat Kota Kupang yang tidak mau ketinggalan fashion.
Contoh sederhana, ujar Pastor Hiro, pada setiap ada penerimaan Komuni Pertama atau Krisma, seluruh calon penerima sakramen akan mempercantik diri dengan pergi ke salon. Fenomena ini pun ditangkap. Paroki menyelenggarakan kursus salon berdurasi dua minggu.
Pastor Hiro menuturkan, kursus salon ini dimulai sejak tahun 2012 berkerjasama dengan lembaga pemberdayaan perempuan dari Jakarta. Tidak main-main, animo peserta kursus membludak. Namun karena kuota terbatas, akhirnya hanya sekitar 30 lebih peserta yang bisa mengikuti kursus ini.
Selama dua minggu mereka diajarkan tutorial make up sederhana hingga rumit untuk berbagai acara. Tidak hanya itu, cara menggelung dan menata rambut yang modis pun turut diajarkan. Keseriusan peserta sungguh terasa.
Pastor Hiro mengakui, dengan program ini, terjadi relasi yang positif antara anak muda dan umat yang tergolong lebih senior. “Kursus ini juga sekaligus menjadi wadah peleburan antar generasi,” tuturnya.
Usai mengikuti kursus, peserta kemudian merealisasikan keinginannya untuk membuka usaha mandirinya. Kebanyakan memang belum memiliki salon sendiri tetapi rata-rata dari mereka berani membuka usaha di rumahnya masing-masing.
Bagi Pastor Hiro, kursus yang diperuntukkan bagi umat Paroki Katedral Kupang, berhasil memberdayakan ekonomi umat. “Dari sekian banyak program yang lain, program ini paling menyentuh langsung permasalahan umat. Terbukti, beberapa ibu dan OMK memberikan apresiasi tinggi kepada program ini karena usaha mereka bisa bertahan hingga sekarang ,” tutur pastor berkacamata ini.
Felicia Permata Hanggu
HIDUP NO.52 2018, 30 Desember 2018