HIDUPKATOLIK.com – INTOLERANSI dan radikalisme kini telah tersebar hingga ke desa-desa. Ini merupakan salah satu dampak negatif dari media sosial. Berangkat dari kekhawatiran ini, Wahid Foundation menginisiasi Desa/Kelurahan Damai.
Cerita ini menjadi salah satu yang disampaikan Yenny Wahid di The Sultan Hotel, Jakarta Pusat, Jumat, 8/2. Co-founder Wahid Foundation ini menyampaikan, Desa Damai merupakan hasil dari program “Perempuan Berdaya, Komunitas Damai” yang mendukung peran perempuan dalam membangun kohesi sosial dan kontribusinya dalam
menanamkan toleransi dan perdamaian.
Program ini dilaksanakan Wahid Foundation dengan menggandeng United Nations Women dan didukung oleh Pemerintah Jepang. “Melalui Desa/Kelurahan Damai, anggota masyarakat berkomitmen untuk melindungi dan menumbuhkan toleransi dan perdamaian di dalam komunitas mereka,” ujar Yenny Wahid.
Hingga saat ini, sembilan desa/kelurahan di Indonesia, yaitu Desa Tajurhalang dan Kelurahan Pengasinan di Jawa Barat; Desa Gemblegan dan Nglinggi di Jawa Tengah; Desa Guluk-guluk, Prancak, Payudan Dundang, Candirenggo, dan Sidomulyo di Jawa Timur, telah menunjukkan komitmen untuk menjadi Desa/ Kelurahan Damai.
Dalam usaha ini, kaum perempuan berperan sangat krusial dalam membina perdamaian dalam lingkup desa ini. UN Women Representative, Sabine Machl, mengatakan perempuan merupakan agen perdamaian. Selain itu, untuk mewujudkan Desa Damai, Kepala Desa dituntut untuk berkomitmen menghadirkan perdamaian di setiap desa.
“Partisipasi aktif dan kepemimpinan perempuan sangat diperlukan untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan,” ujar Sabine Machl.
Hermina Wulohering
HIDUP NO.7 2019, 17 Februari 2019