HIDUPKATOLIK.com – Kej. 3:9-24; Mzm. 90:2,3-4, 5-6,12-13; Mrk. 8:1-10
DOSA mengakibatkan manusia harus bersusah-payah memperjuangkan hidupnya, bekerja keras demi sesuap nasi setiap hari. Kelaparan, kesepian, derita, dan susah menemani langkah hidup. Kejatuhan dari firdaus mengakibatkan penderitaan berkepanjangan bagi manusia.
Untunglah kekelaman hidup dan penderitaan manusia bukan jalan tanpa ujung. Keselamatan Kerajaan Allah yang ditawarkan Tuhan Yesus membawa kembali kepenuhan dan kecukupan, bahkan kelimpahan berkat yang tak terhitung.
Kelaparan dan kehausan akan Sabda Allah dari ribuan orang dijawab Tuhan dengan mukjizat perbanyakan roti dan ikan, yang menjadi simbol Ekaristi: pemberian diri total Yesus penuh kerendahan hati.
Ketika keluarga manusia pertama gagal dalam ujian iman dan kerendahan hati, ribuan manusia dalam zaman Yesus menikmati kemewahan dan kelimpahan karena belas kasih Tuhan.
Berkat rohani yang melimpah seharusnya mempermudah manusia lebih mengimani Tuhan dan hidup menurut kehendak-Nya. Namun, kenyataan tidak selalu terjadi demikian. Keterpesonaan hanyalah euforia sesaat, waktu akan menguji iman.
Sebagian yang menerima mukjizat nantinya malah memalingkan diri dari Tuhan, meninggalkan-Nya. Itu terjadi dahulu, tapi tetap juga terjadi pada masa kini, terutama pada saat kesulitan menghadang, harapan tidak terpenuhi dan doa tidak terkabulkan.
Tuhan pasti selalu siap menjawab setiap keperluan kita, namun tidak setiap keinginan kita. Itulah kasih Tuhan yang tidak memanjakan. Dia tahu apa yang terbaik untuk kita.
Pastor Paulus Toni Tantiono, OFM Cap.
Dosen Kitab Suci STT Pastor Bonus, Pontianak
HIDUP NO.06 2019, 10 Februari 2019