HIDUPKATOLIK.com – Romo Erwin, saya sedang bingung, ayah saya berada di ICU sudah hampir 2 bulan. Ia sudah sangat tergantung pada alat medis. Jika alat tersebut dicabut, maka orangtua saya meninggal. Saya tak tega dan merasa bersalah bila harus merestui dokter mencabut alat bantu pernafasan ayah, tetapi juga tidak mempunyai uang lagi untuk melanjutkan penggunaan alat bantu itu. Anak-anak juga sedang sangat membutuhkan biaya sekolahnya. Suami menganjurkan saya mengikhlaskan, mengingat orangtua saya sudah sangat uzur. Apakah jika saya memutuskan pencabutan itu saya dianggap melakukan euthanasia? Saya tidak ingin berdosa berat dengan melakukan itu. Mohon pencerahan dari Romo. Terima kasih banyak. Tuhan memberkati.
Rini, Lampung
Terima kasih Ibu Rini atas pertanyaannya. Kasus ini banyak terjadi di antara kita. Kesulitan semakin memunculkan dilema ketika kita berbicara dengan perasaan saja. Dan semua hal itu wajar dan normal. Kita mempunyai hubungan sangat dekat dan emosional dengan orangtua kita. Keputusan-keputusan kita mau tidak mau ditentukan dan dipengaruhi oleh perasaan-perasaan normal tersebut.
Akan tetapi, ada kenyataan lain yang harus dipertimbangkan dan ada pilihan yang harus diambil dalam kasus berat seperti ini. Kita tak bisa memilih kedua hal: orangtua atau kebutuhan mendesak keluarga (anak-anak). Ketika pilihan harus diambil, maka tanpa bermaksud mengkhianati hubungan dekat dan tanpa ada maksud jahat untuk meniadakan kasih orangtua, kita perlu memilih berdasarkan keterbatasan, situasi istimewa, dan keharusan yang harus diambil. Ini pilihan moral.
Ada banyak macam kriteria yang dipakai dalam hidup sehari-hari. Kita biasa menggunakan kriteria tradisional dan kultural yang berlaku untuk memutuskan tindakan moral. Sebagai orang asia, Anda tentu memikirkan nasib orangtua dan peran serta Anda dalam hidupnya.
Euthanasia atau etanasi adalah intervensi yang disengaja yang dilakukan dengan niat yang jelas untuk mengakhiri hidup, untuk menghilangkan penderitaan yang sulit dipecahkan. Jadi, euthanasia adalah usaha sukarela seseorang untuk mengakhiri hidup karena merasa tak ada harapan lagi baginya.
Tindakan euthanasia sangat bergantung pada banyak hal, termasuk hukum, iman, etika moral, termasuk etika kedokteran. Sampai di sini, kita berhadapan dengan banyak hal yang mempengaruhi. Kita juga berhadapan dengan hati kita sendiri. Dan itu yang paling sulit. Perasaan telah membunuh, membiarkan, dan mengabaikan orangtua akan semakin membuat Anda terluka dan menyesal. Tetapi sekarang, belajarlah untuk melihat pilihan yang paling bijaksana dan membuat semua pihak tak ada yang merasa diabaikan atau dilupakan.
Anda sama sekali tidak melupakan ayah Anda dan jasa-jasanya. Anda sudah “menjalankan” tugas moral dengan merawat dan mengobati ayah Anda dengan usaha terbaik dan usaha puncak yang dapat Anda lakukan sebagai anak. Akan tetapi secara moral dan hukum, tanggung jawab Anda yang utama dan pertama adalah pada keluarga baru yang Anda bangun. Tanggungjawab terbesar Anda adalah pada nasib anak-anak yang Anda asuh dan besarkan.
Dalam situasi extraordinaria, dengan diskusi dan pembicaraan mendalam dan saksama bersama seluruh keluarga besar, tindakan Anda untuk menghentikan pengobatan dan pertolongan alat-alat (yang membawa beban biaya tak tertanggungkan oleh Anda) adalah tindakan euthanasia pasif, yaitu Anda meminta dokter untuk menghentikan intervensi alat bantu dan menyerahkan nasib ayah di tangan Tuhan.
Hal itu Anda lakukan karena Anda tak lagi sanggup menanggung beban biaya ayah yang sangat besar, serta biaya pendidikan dan kelangsungan hidup anak-anak (keluarga) Anda sendiri. Berdoalah dan mintalah kekuatan dari Tuhan, Sang Pemilik Kehidupan, untuk turut campur dalam persoalan penyakit Ayah.
Dengan berat hati, pilihlah yang terbaik yang dapat Anda lakukan sebagai manusia terbatas. Semoga penjelasan ini meneguhkan dan mendamaikan Anda dengan keputusan bersama seluruh keluarga besar. Tuhan memberkati.
Alexander Erwin Santoso MSF
HIDUP NO.02 2019, 13 Januari 2019