web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Membentuk Karakter Sejak Dini

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Menjamurnya sekolah gratis menjadi pesaing bagi berlangsungnya sekolah Katolik. Meski begitu, pastoral pendidikan di Rote tetap berjalan untuk mengenalkan nilai Kekatolikkan kepada anak-anak.

Kongregasi Suster-suster Perawan Maria atau disingkat dengan RVM (La Cofradía de Hermanas de Religiosa de la Virgen María) yang berpusat di Filipina, berkarya di Indonesia sejak tahun 1977. Karya mereka tersebar di Keuskupan Agung Kupang, Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Atambua, dan Keuskupan Denpasar.

Suster-suster Perawan Maria mulai bermisi di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 26 Juni 2006. Mereka datang atas undangan Uskup Agung Kupang, Mgr Petrus Turang untuk berkarya di Pulau Rote, khususnya di bidang Pendidikan dengan membuka sekolah Katolik.

Seiring dengan berdirinya Paroki St Kristoforus Ba’a di Kabupaten Rote Ndao, Suster-suster Perawan Maria bekerjasama dengan paroki dan dengan pemerintah memberikan pelayanan untuk membantu mencerdaskan anak-anak di sana. Di Rote, karya Suster-suster Perawan Maria sampai kini masih diprioritaskan untuk pengembangan sekolah Katolik di tingkat TK, SD, dan SMP.

Suster-suster Perawan Maria tinggal di Susteran RVM yang terletak di jalan Kunan, Kelurahan Mokdale, Kecamatan Lobalain. Di sini tinggal enam orang suster. Mereka bekerja untuk mengelola Yayasan Ancilla Domini yang membawahi sekolah Katolik yang didirikan di Pulau Rote.

Bukan Katolikisasi
Berdasarkan tingkatan sekolah, TK Katolik Santo Kristoforus telah dimulai sejak 2006. Setahun kemudian dimulai karya pendidikan untuk tingkat SD dengan berdirinya SD Katolik Santo Kristoforus. Sementara untuk tingkat menengah pertama berdiri SMP Katolik Mother Ignacia yang baru dibentuk pada 16 Juli 2018 setahun yang lalu.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Sr Maria Magdalena Bano RVM menjelaskan, di tingkat gugus, kecamatan, kabupaten, SD Katolik St Kristoforus berusaha untuk terlibat dalam setiap kegiatan dan perlombaan antar-sekolah di Kabupaten Rote Ndao. Sr Maria mengakui, meski tidak setiap tahun menjuarai, tetapi sekolahnya beberapa kali mampu menorehkan prestasi. Ia mencontohkan, dua tahun berturut-turut sekolahnya mengikuti olimpiade Matematika.

Di SD Katolik St Kristoforus para guru tetap berusaha menanamkan nilai-nilai Katolik. Salah satu caranya dengan membiasakan siswa berdoa bersama secara Katolik. Sr Maria mengatakan, nilai cinta kasih dan kepedulian kepada sesama menjadi ciri khas Katolik lain yang selalu ditanamkan di dalam diri setiap murid. Begitu pula pada waktu berdoa Rosario, anak-anak yang beragama Protestan juga ikut berdoa Salam Maria sebanyak beberapa peristiwa. “Pada saat Misa, kita juga melibatkan mereka ikut ambil bagian, membaca, doa umat, dirigen, bermain keyboard,” ujar kepala Sekolah Dasar (SD) Katolik St Kristoforus Rote-Ndao ini.

Sr Maria mengakui, dalam hal ini orang tua mereka juga ikut mendukung apa yang diajarkan kepada para murid. Mereka tidak melihat ajaran Katolik itu sendiri, tetapi nilai Kristiani dan kualitas pendidikan yang ditanamkan. “Karena kalau suster yang mengajar, mereka percaya anak-anak akan terbantu. Terbukti setelah mereka lulus, anak-anak mempunyai kemampuan bersaing dengan anak-anak lainnya,” imbuh Sr Maria.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Meski ajaran Kekatolikan sangat kental ditanamkan di sekolahnya, Suster Maria menegaskan bahwa tidak ada sedikit pun maksud untuk melakukan ‘katolikisasi’ siswa di sekolahnya. Ia menegaskan, bahwa setiap bentuk pendidikan yang diajarkan di sekolahnya semata untuk mengembangkan karakter setiap siswa. “Saat berdoa rosario, mereka tidak keberatan, tetapi malah ingin tahu,” tuturnya.

Namun, mengelola Sekolah Katolik bukan tanpa tantangan dan kesulitan. Sebagaimana diungkapkan Kepala SMP Katolik Suster Maria Humiliata B. Taimenas RVM. Ia mengakui, dengan diberlakukannya sekolah gratis di sekolah-sekolah negeri, antusias untuk masuk Sekolah Katolik juga berkurang. Ia mengakui, pendidikan Katolik cukup lumayan memerlukan biaya. Meski begitu, ia meyakini bahwa ada aspek lain yang dilihat orangtua pada sekolah Katolik yaitu nilai-nilai kebaikan khas Kristiani yang menjadi wajah sekolah Katolik. “Dengan keunggulan ini, maka orangtua masih mau menyekolahkan anaknya di sekolah Katolik,” tambahnya.

Melayani
Tantangan tersebut tidak menyurutkan semangat pelayanan yang diberikan Suster- Suster RVM. Spiritualitas yang mereka hidupi sebagai seorang RVM, yakni hamba hina dina, diyakini sebagai spiritullitas dari Bunda Maria sendiri dan pendiri kongregasi, Muder Ignacia del Espiritu Santo.

Sebagaimana disampaikan oleh Pemimpin Komunitas sekaligus Kepala Taman Kanak-kanak (TK) Katolik St Kristoforus, Suster Maria Fransiska Selviana Kune RVM. Di sekolahnya, para suster ingin melayani, bukan untuk dilayani. Ia menjelaskan, dengan semangat ini, mereka datang untuk melayani kebutuhan orangtua yang sulit menjangkau pendidikan bagi buah hati mereka. “Saat ini antusias orangtua untuk menyekolahkan anak mereka ke TK Katolik masih tinggi,” ungkap Suster Maria Fransiska.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Untuk menarik minat para murid, sekolah ini juga mengadakan kegiatan ekskul seperti drumband, pianica angklung, yang tidak ada di sekolah lainnya. Meski demikian, Suster Maria Fransiska mengharapkan dukungan dari sesama umat Katolik untuk tetap menyekolahkan anak mereka ke sekolah yang ia kelola. “Kami tidak berkecil hati dalam mendidik dan melanjutkan karya yang sudah dibangun di Rote. Kami akan tetap menjadi cahaya kepada orang lain lewat apa yang diajarkan kepada anak-anak,” ujarnya.

Suster Maria Fransiska mengakui, meski saat ini belum terasa tetapi di masa depan, ia berharap apa yang ditanamkan sekolah ke dalam diri setiap siswa akan mampu membawa perubahan yang positif bagi mereka. “Dari yang minoritas, sedikit membawa perubahan, tidak hanya secara intelektual tetapi dari sikap,” pungkas ketuaKomisi Kepemudaan Keuskupan Agung Kupang ini.

Pastoral Pendidikan di Rote

TK Katolik Santo Kristoforus
Jumlah Siswa : 44
Jumlah Guru : 3

SD Katolik St Kristoforus
Jumlah Siswa : 194
Jumlah Guru : 13

SMP Katolik Mother Ignacia
Jumlah Siswa : 16
Jumlah Guru : 9

Antonius Bilandoro

HIDUP NO.02 2019, 13 Januari 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles