HIDUPKATOLIK.com – Proses kelahiran Yesus cukup sering diwarnai dengan penampakan malaikat: membawa kabar sukacita, mendorong Yusuf, bernyanyi gembira atas kelahiran Yesus, dan memberitahu gembala. Apakah mereka ini semuanya laki-laki? Benarkah mereka ini mempunyai sayap?
NN
Pertama, menurut tradisi Gereja Katolik, malaikat-malaikat adalah roh murni. Mereka adalah makhluk ciptaan Allah yang adalah murni roh dan tidak memiliki tubuh jasmani seperti manusia. Mereka memiliki akal budi dan mampu mengambil keputusan moral dan bertindak. Karena mereka tidak mempunyai tubuh, maka mereka juga tidak memiliki gender. Karena itu, para malaikat bukanlah laki-laki maupun perempuan. Mereka ini juga tidak kawin dan tidak dikawinkan. Inilah yang dimaksud Yesus ketika berkata: “Karena pada waktu kebangkitan, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di surga” (Mat 22:30). Meskipun mereka roh murni, tetapi mereka bisa memakai tubuh seperti halnya manusia memakai jas atau mantel. Artinya, tubuh itu bukanlah bagian melekat pada keberadaan mereka, tetapi hanyalah tambahan yang bisa dilepaskan.
Kedua, mungkin yang dimaksud dalam pertanyaan ialah bahwa dalam peristiwa-peristiwa di atas, malaikat menampakkan diri lebih sering sebagai laki-laki daripada sebagai perempuan. Juga dalam lukisan-lukisan atau patung-patung, para malaikat dilukiskan lebih sebagai laki-laki. Penampakan-penampakan itu mengandaikan bahwa malaikat-malaikat itu menggunakan penampilan fisik agar dapat dilihat oleh mata manusiawi. Penampilan fisik malaikat belum muncul pada tradisi Ibrani, karena Allah langsung menampakkan diri secara tatap-muka dengan Adam dan Musa. Karena itu tidak dibutuhkan malaikat. Dalam tradisi Yahudi yang menekankan sifat transenden dan kesucian Allah, muncullah sosok malaikat sebagai pengantara antara Allah dan manusia. Dalam Perjanjian Baru, penampakan mereka menjadi lebih jelas dan lebih sering baik di dalam Injil maupun di dalam tulisan-tulisan Kristiani sesudah Yesus.
Ketiga, ketika malaikat menampakkan diri kepada manusia, hampir selalu mereka menampakkan diri dalam rupa kasatmata dan bergender maskulin. Misalnya, kita bisa merujuk kepada Kej 18:2 yang menunjukkan malaikat Allah menampakkan diri dan diterima oleh Abraham dengan keramah-tamah-annya. Contoh lain ialah Yos 5:13, Yeh 9:2 dan Za 1:8, yang menunjukkan keberadaan malaikat sebelum tradisi Kristiani. Dalam Perjanjian Baru bisa dsirujuk Luk 24:4 di makam sesudah kebangkitan dan Kis 1:0 pada kenaikan Yesus ke surga.
Juga ketika tidak dikatakan apa gender dari malaikat-malaikat, situasi atau keadaan yang ada cenderung menunjukkan bahwa mereka adalah laki-laki atau menggunakan nama laki-laki. Tugas-tugas malaikat seringkali adalah pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki dan bukan oleh perempuan dalam budaya kuno, misalnya tugas Malaikat Agung Rafael yang membimbing perjalanan Tobit untuk menemukan seorang istri, dll. Inilah sebabnya mengapa penampakan malaikat-malaikat itu lebih banyak maskulin.
Keempat, kitab-kitab suci kanonik memberikan nama kepada tiga Malaikat Agung. Tugas ketiga Malaikat Agung itu menggambarkan fungsi maskulin. Gabriel menafsirkan visi dalam Kitab Daniel dan tentu memainkan peran sentral dalam kisah kelahiran Yesus dan Yohanes Pembaptis. Rafael dan Mikael, yaitu “pemimpin besar” (Dan 12:1) dan pemimpin dari bala tentara malaikat dalam kitab Wahyu (Why 12:7). Sebagai utusan dan tentara Allah, gender maskulin dirasa lebih cocok. Demikian pula, pandangan tentang Allah juga menggunakan gender maskulin.
Kelima, para malaikat sebenarnya tidak mempunyai sayap. Penggambaran malaikat dengan sayap sebenarnya hanyalah cara untuk menunjukkan bahwa mereka itu mempunyai sifat Ilahi, mirip dengan Allah. Demikian pula, para malaikat juga tidak mempunyai lingkaran di kepala, seperti halnya yang digambarkan untuk para kudus.
Dr Petrus Maria Handoko CM
HIDUP NO.01 2019, 6 Januari 2019