HIDUPKATOLIK.com – “BKSY mengajak umat agar mempunyai kepedulian, kepekaan, perhatian, dan belarasa kepada yang lain. Diharapkan dengan sikap belarasa itu umat mau berbagi dengan ikhlas kepada mereka yang meninggal dan sakit. Bagi umat yang kesehatannya sudah dilindungi dengan berbagai asuransi, masih bisa membantu dan peduli kepada umat yang belum mampu. Mereka bisa berdonasi dalam program pending coffee.
Melihat situasi sekarang, benarkah banyak paroki tidak sependapat dengan adanya BKSY? Atau sebenarnya mereka belum tahu pengajaran dan sikap beriman apa yg mau disampaikan oleh bapak uskup kita? Kita semua merasakan bahwa bila ada anggota keluarga yang sakit, seluruh keluarga bisa merasakan sakit. Untuk ke rumah sakit dan menjaga pasien tentu butuh waktu, perhatian, dan biaya. Dalam hal ini bila peserta ada yg menjalani rawat inap, BKSY bisa membantu keluarga yang menunggui pasien, asalkan pasiennya menjadi anggota BKSY. Bila umat Katolik “berlomba-lomba” menjadi anggota BKSY, saya yakin banyak orang akan terbantu di saat sakit atau meninggal.
Sebagai murid-murid Yesus, dengan ikut berbagi melalui BKSY, kita berlatih menjadi manusia yang murah hati. “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Luk 6:36). Bukankah Yesus juga mengatakan, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mat 5:48). BKSY menjadi salah satu sarana untuk mewujudkan iman dalam perbuatan, yaitu menolong sesama yang membutuhkan. Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak 2:20.26).
Umat sebenarnya lebih mudah jalan dan taat bila para pastornya mengajak. Saya merasa (moga salah), banyak pastor paroki yang belum memahami dengan baik dan benar tentang BKSY. Sayangnya, karena tidak paham dan tidak mau direpotkan, lalu tidak menerima atau tidak menjalankan program BKSY. Bila bela rasa belum jalan di paroki, jangan-jangan imam dan umatnya belum mempunyai kepedulian dan kepekaan akan ajakan Yesus dan bapak uskup. Banyak umat yang saya temui mengatakan kepada saya, “Pastor, kami ini akan taat pada apa yang dikatakan oleh pastor paroki. Akan diajak ini mau, ke sana juga mau”. Masalahnya, apakah para pastornya taat pada uskup?
Yusti H. Wuarmanuk
HIDUP NO.01 2019, 6 jANUARI 2019