HIDUPKATOLIK.COM – Pada kesempatan Sabtu, 19/1, bertempat di Aula Paroki Rawamangun, Seksi Lingkungan Hidup (LH) Paroki Rawamangun memulai tahun berhikmat, bekerjasama dengan Bank Sampah Bhakti Semesta Paroki Rawamangun, Sudin Lingkungan Hidup Jakarta Timur, dan Sudin KpKp (Suku Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan) Kota Administrasi Jakarta Timur.
Dengan melakukan kegiatan bersama berupa pengumpulan sampah anoganik ke Bank Sampah, vaksinasi rabies (untuk hewan anjing, kucing, dan musang), pembuatan surat KI (kartu identitas) untuk hewan anjing dan pembuatan SKU (surat keterangan unggas).
Adapun maksud dan tujuan kegiatan ini yang pertama adalah umat dan masyarakat harus terus didorong dan diingatkan pentingnya peduli pada permasalahan sampah. Saat ini masalah sampah adalah menjadi masalah kita bersama yang tidak pernah selesai.
Setiap umat dan masyarakat diharapkan dapat ambil bagian walaupun hal kecil sekalipun, misalnya setiap kegiatan baik di paroki maupun di lingkungan sudah tidak lagi menggunakan kemasan plasik/ styrofoam, mengurangi segala bentuk sampah dalam setiap kegiatan, dan memilah sampah.
Kegiatan Bank Sampah di Paroki Rawamangun sudah berjalan hampir tiga tahun (acara pembukaan diresmikan oleh Kepala Dinas LH Provinsi DKI Jakarta dan Dirjen Pengolahan Sampah KLHK).
Umat diajak untuk memilah sampah organik dan anorganik dari rumah masing-masing. Setiap dua minggu sekali tepatnya minggu pertama dan minggu ketiga umat diajak untuk mengumpulkan sampah anorganik yang ada dirumah masing-masing untuk dibawa ke gereja.
Pembiasaan ini sudah dilakukan hampir lebih dari tiga tahun (Febuari 2019). Selain itu kegiatan Bank Sampah di Paroki Rawamangun digunakan sebagai sarana kebersamaan bukan hanya umat paroki tetapi juga sesama umat lain seperti warga sekitar dan warga paroki lain.
Keanggotaan Bank Sampah di Paroki Rawamangun terdiri dari perorangan (baik warga paroki, warga sekitar, atau umat paroki lain), atas nama lingkungan dan atas nama wilayah. Berkaitan dengan lingkungan/ wilayah, umumnya hasil kesepakatan masing-masing lingkungan/ wilayah kepada seluruh anggotanya.
Hasil pengumpulan sampah dapat mereka gunakan untuk kegiatan lingkungan itu sendiri. Ada salah satu lingkungan yang sangat aktif warganya, dalam satu tahun mereka dapat mengumpulkan uang kurang lebih sebesar Rp. 7 juta dari hasil mengumpulkan sampah anorganik. Hasil pengumpulan uang tersebut setiap tahun mereka pakai untuk kegiatan ziarah.
Selain itu bagi umat yang ingin menyedekahkan sampahnya akan ditampung dan hasilnya dimasukkan ke tabungan sampah paroki. Hasil sedekah sampah tersebut akan disedekahkan kepada sesama yang membutuhkan.
Harapan dengan pembiasaan ini adalah mengajak umat untuk bijak mengelola sampah dari sumbernya (rumah tangga) dan umat diajak untuk bijak membeli barang (apakah barang tersebut memang kita butuhkan atau tidak), karena semua barang yang kita beli umumnya berujung menjadi sampah (Laudato si’ 22).
Kedua adalah kegiatan vaksinasi hewan rabies, pembuatan surat KI (kartu identitas) untuk hewan anjing dan pembuatan SKU (surat keterangan unggas). Kegiatan ini diikuti lebih dari 200 hewan peliharaan (anjing dan kucing) yang menerima vaksin, 30 hewan anjing dipasang microcip untuk pembuatan KI (kartu identitas) dan pembuatan surat keterangan unggas.
Untuk vaksinasi dan pembuatan surat keterangan unggas tidak dikenakan biaya (gratis) dan untuk pembuatan kartu identitas khusus anjing dikenakan biaya 200 ribu/anjing. Acara in itidak hanya diikuti oleh umat paroki tetapi juga umat lain karena acara ini terbuka untuk umum.
Mereka bahkan sangat senang ada acara seperti ini dan diharapkan ada acara-acara lainnya yang bisa membangun kebersamaan. Mungkin banyak dari kita tidak memahami bahwa tujuan vaksinasi rabies itu adalah wujud tanggung jawab kita atas hewan yang dipelihara.
Tanggung jawab ini tidak sebatas memberi makan, minum, dan tempat tinggal tetapi juga menjaga kesehatannya. Dibandingkan dengan vaksinasi lainnya bahwa vaksin anti rabies pada hewan akan memberikan perlindungan kepada manusia dan mencegah resiko kematian hingga 100% pada manusia.
Pemberian vaksin pada hewan jauh lebih efektif mencegah rabies dibanding vaksin pada manusia. Kegiatan ini direncananakan untuk dilakukan setiap setahun sekali mengingat vaksin ini harus diulang setiap setahun sekali.
Mari kita mengamalkan Pancasila … “Kita BERHIKMAT, Bangsa BERMARTABAT”
Mona Windoe