HIDUPKATOLIK.COM – Banyak paroki dan lembaga karitas dari berbagai keuskupan dan tarekat terpanggil untuk membantu korban tsunami di Selat Sunda.
GEREJA tak pernah diam kala melihat sesama manusia menderita. Prinsip ini pernah diserukan oleh Paus Fransiskus agar Gereja ikut ambil bagian dalam penderitaan dunia untuk keselataman jiwa semua orang.
Atas dasar ini, sejumlah kelompok karitas di berbagai keuskupan menyalurkan bantuan untuk para korban tsunami yang menerjang wilayah pesisir di sepanjang Selat Sunda yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, 22 Desember lalu.
Sesuai data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sedikitnya lebih dari 500 orang meninggal dunia akibat tsunami yang menghancurkan Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang, Propinsi Banten, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten Tanggamus di Propinsi Lampung tersebut.
Tentu data ini belum menghitung mereka yang hilang, terluka dan kehilangan harta benda serta kerusakan fasilitas umum lainnya. Untuk membantu meringankan duka saudara-saudari yang menjadi korban tsunami sejumlah kelompok yang tergerak hati untuk membantu.
Koordinator VIVAT International Indonesia Pastor Paulus Rahmat SVD dalam sebuah pesan mengatakan dirinya bersama para tim relawan dari Justice, Peace and Integrity of Creation (JPIC) SVD dan JPIC Kongregasi Suster-Suster Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) dari Regio Jawa melakukan kunjungan ke Kampung Cipining, Desa Tunggal Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, beberapa hari setelah tsunami.
Pastor Paulus mengatakan, ada banyak orang yang menderita dan membutuhkan pertolongan kita. “Rumah mereka hancur khususnya mereka yang berada di bibir pantai. Mungkin lebih dari 58 kepala keluarga yang rumahnya hancur total,” ujarnya Kamis, 3/1 Pastor Paulus mengakui bahwa kunjungan ini untuk mengetahui apa kebutuhan mendasar dari para korban serta bagaimana kondisi di tempat kejadian agar bantuan mereka tepat sasaran.
Meski begitu, beberapa bantuan juga sudah disiapkan seperti kompor gas, piring, popok, botol dot untuk bayi, dan wajan. “Konsep waktu itu datang untuk membantu peralatan dapur umum. Ada juga makanan ikan kaleng. Tidak banyak, hanya sebagai tanda perkenalan awal,” ujarnya.
Tim JPIC ini kembali mengadakan kunjungan pada Selasa-Kamis, 8-10/1 dengan fokus memberi bantuan berupa selimut dan tikar serta kebutuhan untuk kelompok rentan seperti balita dan lansia. Selain itu, bantuan juga difokuskan pada pekerjaan pertukangan dan pertanian seperti membawa gergaji, palu, paku, cangkul.
“Bagi kami ini bagian dari healing process agar mereka tidak putus asa,” tutur Pastor Paulus. Sementara itu, kegiatan lain juga datang dari Keuskupan Tanjungkarang. Paroki St Kristoforus, Kabupaten Lampung sejak 24 Desember lalu telah mendirikan posko bantuan. Mereka menyalurkan pakaian layak pakai, peralatan sholat, dan kebutuhan dapur lainnya.
Hal ini dijelaskan oleh Pastor Wolfram Safari selaku Ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) sekaligus selaku Caritas Keukupan Tanjungkarang. “Setiap posko tim PSE akan membagikan seribu nasi bungkus untuk para korban juga pengecek kesehatan kepada anak-anak,” jelasnya.
Di Kota Madiun, Jawa Timur saat perayaan Natal, umat Katolik juga diajak berpartisipasi dalam memberikan bantuan kepada korban tsunami. Kepala Paroki Santo Cornelius Madiun Pastor Alfonsus Boedi Prasetyo mengatakan Natal berarti perayaan sukacita.
Dalam hal ini tidak sekadar diterjemahkan sebagai perayaan hura-hura atau foya-foya. “Ambil bagian dengan sesama yang menderita adalah bukti nyata kasih Allah kepada sesama. Atas dasar ini kami juga membantu dalam doa sekaligus akan membantu saudara-saudari dengan cara-cara yang sederhana,” katanya.
Margaretha Setiawan (Madiun)/ Yohanes Gerard B (Lampung)
HIDUP NO.3 2019, 20 Januari 2019