web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Imam: Merayakan Perubahan

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM –  Minggu, 20 Januari 2019; Minggu Biasa II Yes 62:1-5; Mzm 96:1-2a, 2b-3, 7-8a, 9-10ac; 1Kor 12:4-11; Yoh 2:1-11

“Hidup semakin berkelimpahan karena setiap pribadi selalu memberikan yang terbaik sebagai manusia”

INJIL mengisahkan Yesus menyatakan Diri-Nya secara publik pertama kali di Kana. Tanda yang digunakan untuk pernyataan diri adalah mengubah air menjadi anggur ketika menghadiri pesta perkawinan. Tanda itu menyatakan kemuliaan-Nya yang membuat para murid semakin percaya.

Semua orang beriman dipanggil untuk semakin percaya kepada Kristus melalui kehidupan yang manusiawi. Banyak tanda telah dibuat oleh Yesus. Mukjizat pun terjadi pada saat kelahiran dan pembaptisan-Nya namun tidak secara langsung dibuat oleh Yesus.

Mengubah air menjadi anggur adalah tanda yang dibuat oleh Yesus. Itulah tanda pertama kendati saat-Nya belum tiba. Kendati demikian, Yesus melakukan juga, sebelum saat-Nya tiba, karena mukjizat-Nya akan meneguhkan iman para murid yang masih rapuh.

Pada akhir kisah dikatakan: “Murid-murid-Nya percaya kepadaNya” (ay. 11). Kita semua mengalami bahwa pada awalnya iman kita lemah. Bahkan iman yang kuat pada mulanya juga lemah. Orang dapat beriman kuat melalui proses perjalanan hidup panjang dan Allah tidak pernah membiarkan umat yang dikasihi-Nya binasa, sebaliknya “tidak bisa berdiam diri” (Yes 62:1).

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Nabi Yesaya memuji kemuliaan yang dianugerahkan Allah kepada umat Israel. Walaupun umat Israel gagal dalam beriman kepada Allah dan mengalami pembuangan namun kedudukannya dipulihkan dan kesalahannya diampuni.

Kata-kata indah dikenakan kepada mereka: “Orang akan menyebut engkau dengan nama baru, Engkau akan menjadi mahkota keagungan di tangan Tuhan dan serban kerajaan ada di tangan Allahmu”.

Tanda yang dibuat Yesus juga tanda yang baru. Tanda yang baru itu menyatakan kemuliaanNya. Dengan tanda itu Yesus membuktikan diri-Nya sebagai Putera Allah, dan menunjukkan kemuliaan-Nya sebagai Putera tunggal Bapa.

Tanda itu memperlihatkan hakikat dan tujuan pekerjaan-Nya untuk memberi pengetahuan dan kasih karunia. Dalam hal ini peran Bunda Maria menjadi jelas yakni memberitahukan kepada Yesus kondisi yang berpotensi mempermalukan tuan rumah sekaligus mempersiapkan para pelayan untuk taat.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Kalau kita ingin mengenal Kristus, harus mendengarkan-Nya, menuruti-Nya dalam menggunakan hal-hal yang biasa, dan baru kemudian mendapatkan hasil yang luar biasa.

“Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dulu, dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik. Akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang”.

Tanda Yesus dipuji bahkan oleh pemimpin pesta, orang yang tidak mengetahui siapa yang mengerjakannya, dan menegaskan bahwa air telah menjadi anggur yang berkualitas. Tanda yang dikerjakan Yesus selalu merupakan hasil terbaik. Cara yang biasa dipakai adalah sebaliknya: dari anggur yang kurang baik menjadi anggur yang terbaik.

Kehidupan tidak bisa berjalan mundur, dari yang baik menjadi kurang baik tetapi dari kekurangan menjadi semakin berlimpah. “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (bdk. Yoh 10:10). 

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Kehadiran Yesus dalam pesta perkawinan di Kana membuat persediaan begitu berlimpah supaya kita tahu apa itu kekurangan dan apa itu kelimpahan. Kehadiran Yesus membuat hidup berkelimpahan pengampunan. Kemurahan hati Allah itu pula yang telah dialami bangsa Israel sehingga mereka mengenakan nama baru, yang berkenan kepada Allah.

Hidup semakin berkelimpahan karena setiap pribadi selalu memberikan yang terbaik sebagai manusia. Yesus telah memberi teladan untuk mempunyai hidup yang berkelimpahan dengan cara yang sangat manusiawi. Yesus hadir dalam pesta perkawinan dan membuat yang baik menjadi makin baik.

Kita lihat kehadiran kita di tengah keluarga, masyarakat dan hidup berbangsa; apakah jejak-jejak kebaikan telah kita patrikan di dalamnya? Ataukah kekurangan-kekurangan sebagai manusia yang masih tertoreh di sana?

Marilah kita mengembangkan hidup sebagai manusia yang baik, manusia yang manusiawi sebab lewat kemanusiawian itulah hidup semakin berkelimpahan. Tuhan memberkati!

 

Mgr Pius Riana Prapdi
Uskup Ketapang

ARTIKEL SEBELUMNYA
ARTIKEL SELANJUTNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles