HIDUPKATOLIK.COM – Pw. St. Agnes, Ibr. 5:1-10; Mzm. 110:1,2,3,4; Mrk. 2:18-22
LEBIH dari sekadar soal ritual “berpuasa” (disebut lima kali dalam Mrk. 2:18-19), Yesus meluaskan cakrawala permasalahan yang diajukan para lawan bicara-Nya. Kedatangan Tuhan yang membuka zaman baru itu membawa sukacita. Oleh karena itu, Yesus menjawab soal puasa itu dengan perumpamaan yang menggarisbawahi suasana pesta: “mempelai yang datang,” “baju baru” dan “anggur baru.”
Saatnya memang sudah tiba, mempelai itu sudah datang di tengah mereka. Tidak mungkinlah orang berpuasa dalam suasana pesta perkawinan. Saat Yohanes Pembaptis adalah saat persiapan kedatangan Tuhan. Kini, Mempelai itu sudah datang.
Maka, tidak ada alasan bagi para murid untuk bersedih, melainkan bersukacita. Imamat Kristus yang berdasar pada keputeraan melebihi imamat Harun yang menekankan korban silih. Namun, tidak mudah mengubah mentalitas orang. Seperti halnya baju baru tidak cocok dengan yang lama, begitu juga anggur baru tidak ditempatkan dalam kantong kulit yang tua.
Ada satu ketidakcocokan total antara yang lama dan yang baru. Paus Fransiskus dalam khotbahnya di Kapel Santa Marta, 5 September 2014, mengatakan: Untuk anggur baru, kantong kulit baru. Kebaruan Injil. Apa yang Injil bawa untuk kita? Sukacita dan kebaruan.
Untuk pembaruan, kebaruan; untuk anggur baru, kantong kulit baru. Dan jangan takut untuk mengubah banyak hal seturut hukum Injil. Karena itu, Gereja meminta kita semua untuk melakukan beberapa perubahan.
Gereja meminta kita untuk meninggalkan struktur-struktur yang sudah usang: itu tidak berguna lagi! Dan menggunakan kantong kulit baru, yaitu Injil. Injil itu adalah kebaruan! Injil itu adalah pesta. Hanya dengan hati yang gembira dan diperbarui kita mampu menghayati Injil sepenuhnya.
Pastor Vitus Rubianto Solichin SX
Dosen Kitab Suci STF Driyarkara Jakarta, Doktor Teologi Kitab Suci dari Universitas Gregoriana, Roma