HIDUPKATOLIK.com – Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) mencanangkan lima tahun penuh untuk mendalami dan mengimplementasikan nilai-nilai sila-sila Pancasila menjadi gerakan bersama dari tahun ke tahun. Arah Dasar KAJ 2016-2020: Amalkan Pancasila. Tahun ini, 2019, tahun keempat dengan tagline: “Amalkan Pancasila: Kita Berhikmat, Bangsa Bermartabat.” (Tahun 2018: Amalkan Pancasila: Kita Bhinneka, Kita Indonesia). “Tujuan pencanangan tema ini adalah untuk mewujudkan panggilan kita bersama menuju kepenuhan hidup Kristiani dan kesempurnaan kasih… kesucian yang sempurna. Tema tersebut membangkitkan semangat yang mendorong kita semua untuk menjadi pribadi-pribadi, keluarga, komunitas, masyarakat yang semakin berhikmat. Dan, ketika hikmat itu terwujud dalam hidup, dengan sendirinya martabat pribadi, keluarga, masyarakat kita akan terangkat” (Lihat Pedoman Karya dan Inspirasi Gerakan Pastoral Evangelisasi KAJ 2019: Tahun Berhikmat).
Secara nasional, tahun 2019, disebut-sebut sebagai tahun politik. Hal ini berkaitan dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) yang akan dilaksanakan secara serentak pada tanggal 17 April 2019. Apapun hasil “pesta demokrasi” tersebut tentu akan membawa dampak signifikan bagi kehidupan kita berbangsa dan bernegara ke depan. Maka, kalau ArDas KAJ ini kita tempatkan dalam figura besar bangsa kita, pencanangan internalisasi nilai-nilai Pancasila adalah pilihan yang sangat relevan dan kontekstualdengan situasi dan kondisi bangsa kita terkini dan dalam beberapa tahun terakhir.
Kalau kita cermati, hierarki KAJ ingin mengajak semua elemen umatnya berjalan besama (“bersinode”) dalam sebuah gerakan ke dalam dan keluar secara simultan. Gerakan ke dalam bertujuan untuk semakin menggali ke dalaman rohani (jalan-jalan kesucian), sedangkan gerakan keluar bermaksud menyokong umat untuk makin peduli pada kehidupan bersama sebagai warga negara. Untuk gerakan keluar, Gereja mendorong agar setiap kegiatan yang digelar dalam rangka mengamalkan Pancasila perlu bergadengan tangan dengan siapa saja yang berkehendak baik untuk kemajuan bangsa dan negara ini. KAJ menyebutnya dengan “mewujudkan panggilan kita bersama”. Hal ini sangat sesuai dengan pesan salah satu pahlawan nasional kita, Mgr Albertus Soegijapranta SJ. Beliau dengan tegas mengatakan, “Membaptisi orang itu bukan tugasmu. Itu tugas Roh Kudus. Tugasmu ialah ikut membuat Indonesia yang baik di hadapan Tuhan dan manusia” (Y.B. Mangungwijaya, Juni 1988).
Panggilan untuk berhikmat itu semakin mendesak. Terjadinya segregasi sosial karena pilihan politik yang berbeda telah membelah warga bangsa ini. Media sosial yang diharapkan menjadi media untuk berjejaring (membangun relasi positif) kini telah dimanfaatkan sebagai alat penyebaran hoaks, fitnah, ujaran kebencian, dan menginjak-injak harkat dan martabat sesama. Oleh karena itu, marilah kita sambut dan jadikan gerakan “Kita Berhikmat, Bangsa Bermartabat” ini sebagai gerakan bersama umat Katolik di Indonesia. Tentu saja, tidak perlu dengan tagline yang sama. Yang utama, esensinya!
HIDUP NO.03 2019, 20 Januari 2019