HIDUPKATOLIK.COM – Ibr. 2:14-18; Mzm. 105:1-2, 3-4,6-7,8-9; Mrk. 1:29-39
YESUS datang untuk memulihkan kembali kehidupan manusia, agar bisa kembali mengabdi. Itulah yang terjadi pada ibu mertua Simon yang terbaring karena demam. Setelah disembuhkan, “ia ‘bergerak aktif melayani’ mereka” (ay. 30). Ia mampu ber-diakonein lagi, karena Yesus telah “membangunkannya”.
Melalui sentuhan pada tangannya (ay. 31), Yesus mengembalikan kehormatan dan martabat kemanusiaan ibu itu, yaitu melayani serta mencintai Tuhan dan sesama. Dalam Injil Markus, Yesus sering memakai “sentuhan” sebagai salah satu sarana untuk menyembuhkan (lih. Mrk 1:41; 5:41; 6:5; 7:31-35; 8:23-25).
Menarik, Markus memakai ungkapan egeiró untuk “membangunkan”. Ungkapan tersebut juga dipakai saat Yesus menyembuhkan seorang anak, yang kelihatannya sudah mati karena siksaan roh bisu yang merasukinya. “Yesus ‘memegang tangan’ anak itu, dan ‘membangunkannya’” (Mrk 9: 27).
Egeiró juga dipakai untuk menggambarkan kebangkitan Yesus dari mati (lih. Mrk 16:6). Dengan sendirinya, antisipasi pada Kebangkitan Kristus ini, “menantang” para iblis. Di sini, sekali lagi Markus menempatkan eksorsisme sebagai yang utama.
Dulu dan sekarang, pada umumnya masyarakat sering menganggap mereka yang sakit dan kerasukan iblis, sebagai beban sosial maupun moral. Mereka pun cenderung dipinggirkan. Di sinilah kedatangan Kerajaan Allah memiliki makna sejati, yaitu untuk merestorasi kehidupan ke fitrahnya sebagai citra Allah.
Dalam hal ini, tugas kita adalah “menceritakan kemuliaan Allah di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan yang ajaib di antara segala suku bangsa” (Mzm. 96:3).
Henricus Witdarmono
M.A. Rel. Stud. Katholieke Universiteit te Leuven, Belgia