HIDUPKATOLIK.com – Pembaca yang kami kasihi! Melalui kolom ini, Yayasan Hidup Katolik dan awak majalah ini mengucapkan “Selamat Hari Raya Natal” untuk Anda. Semoga Natal tahun 2018 ini membawa sukacita dan kedamaian bagi Anda dan orang-orang yang Anda cintai. Ketika kami mempersiapkan edisi ini, kita, umat Katolik tengah memasuki Minggu Adven Kedua. Namun suasana Natal sudah bergema di mana-mana, terutama di pusat-pusat perbelanjaan dan tempat-tempat rekreasi. Aksesori Natal di pasang di mana-mana. Saudara-saudara kita umat Kristen Protestan memang sudah merayakan Natal sehingga nuansa yang kita rasakan begitu kental dengan aroma Natal ketika kita memasuki paruh kedua Desember ini.
Natal adalah perayaan sukacita. Narasi Natal adalah narasi sukacita, Sabda yang menjadi manusia dan tinggal di antara kita. “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan pada-Nya” (Lukas 2: 14). Juru Selamat telah datang. Ia lahir di Betlehem. “Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anak yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan” (Lukas 2:6-7). Lukas menceritakan kisah selanjutnya. Malaikat mengabarkan berita sukacita kelahiran ini kepada gembala-gembala. Setelah melihat, para gembala, oleh Lukas disebutkan, “… kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah ….” (Lukas 2.20).
Sekali lagi, narasi Natal adalah narasi sukacita. Berbahagialah gembala-gembala itu! Mereka merupakan simbol orang-orang yang terpinggirkan, orang kecil, dan hina. Kepada mereka, berita sukacita Natal disampaikan malaikat Allah. Sukacita Natal itulah yang kita rayakan di setiap Natal. Allah Putera, Yesus Kristus yang berkenan hadir, menjadi manusia, untuk menyelamatkan kita umat manusia dari dosa kita.
Pembaca yang kami cintai, dalam Sajian Utama edisi ini, kami mengangkat cerita (narasi) Natal dari salah satu dari kaum terpinggirkan yang mungkin belum pernah kita dengar. Mereka adalah saudara-saudara kita yang sekarang ini disebut sebagai kaum transpuan (dulu disebut wanita pria). Kami berharap bahwa narasi Natal mereka membawa inpirasi bagi kita. Bahwasanya pergumulan hidup mereka diwarnai dengan perjalanan onak dan duri memikul salib yang tidak ringan. Di antara mereka, ada yang tersingkir atau disingkirkan oleh orang-orang yang paling dekat dengan mereka. Namun, mereka harus meniti jalan dalam arus deras dan kerasnya perjuangan hidup.
Paus Fransiskus telah berulang kali memberikan contoh. Ia mencari dan merangkul domba-dombanya yang hilang, tanpa kecuali. Ia mengajak mereka makan bersama di tempat yang layak. Membasuh dan mencium kaki mereka. Selamat Hari Raya Natal!
HIDUP NO.51 2018, 23 Desember 2018