web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Ragu untuk Menikah

Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Saya perempuan, 29 tahun, punya kekasih berusia 30 tahun. Kami sudah menjalin hubungan beberapa tahun. Pembicaraan untuk melangkah lebih serius pernah kami bicarakan, namun saya merasa “belum siap” untuk berumah tangga. Jika ditanya kapan saya siap, saya tidak memiliki jawaban pasti. Hal itu berujung dengan suasana kurang mengenakan. Saya mencintai kekasih, tapi saya merasa “belum siap”. Terkadang saya merasa “takut” untuk memutuskan hidup berumah tangga. Entah apakah perasaan tersebut berkaitan dan tercipta karena pengaruh kisah-kisah saudara, teman, atau kenalan yang “bermasalah” dalam pernikahan mereka. Langkah seperti apa yang mesti saya lakukan? Saya tidak ingin “gagal” dalam membina hidup rumah tangga. Terima kasih.

Lana, Bekasi

Apa kabar, Mbak Lana yang sangat peduli dengan kebahagiaan pernikahan. Menurut saya, ketakutan yang Anda rasakan adalah wajar. Tidak ada orang yang mau “gagal” dalam pernikahan. Ada beberapa situasi yang perlu Anda perhatikan dan cermati dalam menyelesaikan problem Anda.

Pertama, ketakutan gagal berumah tangga. Nampaknya ini adalah masalah yang paling mengganggu. Pengalaman saudara/teman yang mengalami kegagalan membuat Anda merasa ragu. Menurut data statistik dari Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama 2013, meskipun banyak orang gagal dalam membina keharmonisan rumah tangga, masih lebih banyak orang yang harmonis. Dari 100 pasangan menikah,8 orang mengalami kegagalan. Artinya prosentase keberhasilan dalam menikah jauh lebih besar daripada kemungkinan gagal.

Kedua, melihat dari sisi positif. Coba cermati permasalahan pernikahan teman/ saudara Anda, jangan hanya dari satu sisi pasangan, tetapi keduanya. Saya yakin, Anda pasti jadi bisa memahami mengapa pernikahan mereka bermasalah. Ini dapat menjadi peringatan untuk Anda dan pasangan agar tidak melakukan hal yang sama. Supaya imbang informasinya, tanya juga kepada pasangan yang harmonis. Menanyakan resep harmonis akan lebih menyenangkan bagi orang yang Anda tanya daripada menanyakan masalah mereka.

Ketiga, pasang surut situasi pernikahan. Dalam perjalanan pernikahan, tidak ada yang berjalan sangat mulus. Menikah tidak saja menyatukan dua hati, namun juga dua keluarga yang mungkin berbeda adat istiadat. Pada masa-masa pernikahan 1-5 tahun biasanya pasangan banyak mengalami masalah/ tantangan. Akan menjadi lebih stabil sesudah usia perkawinan menginjak tahun ke-10. Saya khawatir, teman/saudara yang kebetulan Anda temui bermasalah adalah pasangan usia pernikahan di bawah 10 tahun. Jadi mereka memang masih dalam masa penyesuaian menjadi suami-istri. Sangat wajar, jika mereka sedang menghadapi banyak masalah.

Keempat, semua pernikahan pasti ada pasang surutnya. Sama juga ketika Anda berpacaran. Kadang marah, benci, atau rindu. Yang perlu dijaga adalah jangan sampai kemarahan menjadi berlarut- larut dan semakin membesar. Prinsipnya, seperti ketika Anda makan, sendok dan garpu boleh beradu tapi jangan sampai piringnya pecah.

Kelima, teliti sebelum mengambil keputusan. Sudah baik, Anda berpikir ulang sebelum memutuskan menikah. Coba cek kembali kesiapan Anda untuk menikah. Apakah Anda sudah cocok dengan pasangan? Apakah kepribadian pasangan baik? Apakah Anda dapat menerima kelebihan dan kekurangan pasangan? Apakah keluarga Anda dan calon suami menyetujui? Bagaimana perekonomian, setelah Anda menikah? Apakah Anda memiliki agama yang sama? Semua perlu Anda pertimbangkan, karena ketidakcocokan pada salah satu hal tersebut dapat mengancam kelanggengan perkawinan.

Mbak Lana, jangan terlalu mengkhawatirkan pengalaman buruk orang lain. Yang paling penting adalah ambil hikmahnya, pupuk selalu rasa mencintai dengan pasangan, dan tentu saja teliti sebelum mengambil keputusan. Setiap orang hidup pasti punya masalah, kita hanya bisa meminimalisirnya dengan cara berhati-hati dalam memutuskan. Hanya orang mati yang tidak punya masalah.

Semoga Anda selalu berbahagia dengan pasangan Anda.

Dr Kristiana Haryanti M.Si

HIDUP NO.04 2014, 26 Januari 2014

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles