Jakarta – HIDUPKATOLIK.com – Pengurus Pusat Pemuda Katolik meminta peserta Pemilu 2019 khususnya pasangan presiden dan wakil presiden menggunakan masa kampanye sebagaimana mestinya, yakni menjadi momentum pendidikan politik bagi masyarakat pemilih.
Harapan ini akan menjadi salah satu isu yang akan dibahas dalam kongres XVII Pemuda Katolik di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Kampanye harus digunakan mensosialisasikan visi, misi, dan program membangun Indonesia yang lebih baik. Dengan begitu akan memberikan pendidikan politik yang mencerdaskan kepada masyarakat pemilih,” ujar Sekretaris Pengarah (Steering Committe) Kongres Pemuda Katolik XVII, Frederikus Lusti Tulis saat konferensi di Hotel Swiss-Belinn Kristal, Kupang, Kamis (6/12).
Ferdi, sapaan akrabnya, mengatakan Pemuda Katolik menilai kampanye paslon belum menyentuh makna substansial dari kampanye sebagai pendidikan politik. Masa kampanye, kata dia, masih diisi dengan saling cemooh, saling sindir, dan saling fitnah antara paslon dan tim suksesnya.
“Hal tersebut tentunya merugikan paslon dan masyarakat pemilih. Paslon akan kehilangan banyak waktu dan energi untuk menyampaikan visi-misi dan programnya. Sedangkan masyarakat akan terjebak dalam kebingungan untuk menentukan pilihannya,” tandas dia.
Padahal, kata dia, masyarakat pemilih dituntut untuk memilih pemimpin secara rasional, yakni memilih dengan pertimbangan visi-misi, program kerja, serta rekam jejak calon pemimpin.
Namun, ketika masyarakat tidak disuguhkan dengan informasi visi-misi, program kerja serta rekam jejak, maka pilihannya bisa hanya berdasarkan pertimbangan psikologis atau emosional dan sosiologis.
“Karena itu, Pemuda Katolik mempunyai panggilan moral untuk mengingatkan paslon agar memanfaatkan masa kampanye dengan memberikan pendidikan politik yang mencerdaskan pemilih,” imbuh Ferdi.
Pemuda Katolik Netral
Lebih lanjut, Ferdi menegaskan bahwa secara organisasi Pemuda Katolik netral dalam pemilu legislatif dan pemilihan presiden 2019.
Karena itu, kata dia, para kader Pemuda Katolik dilarang keras menggunakan atau mengatasnamakan Pemuda Katolik untuk mendukung partai atau pasangan capres-cawapres tertentu.
“Posisi kita secara organisasi jelas netral dalam Pemilu 2019,” tegas dia.
Pemuda Katolik, kata Ferdi, hanya meminta para kadernya menggunakan hak pilih secara bertanggung jawab. Yang terpenting, kata dia menggunakan hak pilih dengan sebaik-baiknya sebagai bentuk pertanggungjawaban moral menghasilkan pemimpin yang berkualitas dan berintegritas.
“Silakan gunakan hak pilih, tidak boleh golput tetapi jadilah pemilih yang cerdas, yang memilih berdasarkan pertimbangan visi-misi, program, dan rekam jejak para peserta pemilu,” ungkap dia.
Selain mendorong para kader menggunakan hak pilih secara bertanggung jawab, Ferdi juga mengatakan Pemuda Katolik akan terlibat aktif mengkawal proses tahapan pemilu.
Di beberapa daerah, kata dia, para kader pemuda katolik terlibat dalam pengawasan partisipatif untuk memastikan tahapan pemilu berjalan sesuai aturan yang berlaku. “Kita pastikan tahapan pemilu berlangsung tanpa hoax, tanpa politik SARA, dan tanpa politik uang yang bisa memecah belah bangsa,” pungkas dia.
Yustinus Paat