HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh, saya mendapat informasi bahwa anak usia satu hingga tiga tahun berada dalam masa emas (mudah menyerap apa saja yang dia rasa, lihat, dengar). Bagaimana saya bisa mengoptimalkan masa emas tersebut?
Antonius Carolus, Surabaya
Salam jumpa dan salam kenal Pak Antonius. Betul sekali pernyataan bapak. Usia satu hingga tiga tahun merupakan masa emas (golden age) anak. Bahkan, Freud, dalam teori psikologinya mengatakan, golden age itu terjadi pada usia satu hingga lima tahun. Masa emas ini sering disebut sebagai periode kritis bagi anak-anak. Atau kerap juga dikatakan sebagai masa peka, karena pertumbuhan atau perkembangan yang diperoleh pada masa ini akan sangat berpengaruh untuk perkembangan berikutnya. Perlu diingat dan diperhatikan, masa emas hanya datang sekali. Pergunakanlah kesempatan tersebut sebaik mungkin.
Langkah orangtua untuk mengoptimalkan masa emas tersebut antara lain, berperan langsung dalam dunia anak. Orangtua ikut terlibat dalam kegiatan anak, menyediakan fasilitas sesuai kebutuhan dan usia anak, serta bersedia memberikan hadiah atau pujian jika anak melakukan hal baik sesuai yang diinginkan orangtua.
Orangtua diharapkan menciptakan kegiatan menyenangkan dalam keterlibatannya bersama anak. Jika masa kanak-kanak menyenangkan bagi anak, ia akan mengingat pengalaman tersebut sampai dewasa dan akan mempengaruhi emosionalnya.
Bermain bersama anak akan menguatkan hubungan atau kedekatan serta kelekatan orangtua dengan anak, baik jiwa, raga, ataupun emosional. Keterlibatan orangtua juga akan meningkatkan perkembangan fisik, motorik (gerak), bahasa atau berbicara, kognitif, emosi, sosial, dan perkembangan lain.
Demi memahami perkembangan anak, orangtua sebaiknya juga banyak bertanya kepada pihak-pihak yang lebih memahami tentang perkembangan anak (misal psikolog dan dokter) atau banyak membaca tentang perkembangan anak. Selain itu, orangtua bisa bertukar pikiran atau berdiskusi dengan orangtua lain sehingga mendapat pedoman alternatif tentang perkembangan anak.
Selain hal di atas, berilah kesempatan kepada anak untuk belajar dan mengeksplorasi lingkungan. Kemungkinan fasilitas bermain tersedia banyak, tapi anak juga perlu diberi kesempatan untuk mencoba fasilitas yang ada. Jangan takut bila tangan anak kotor karena bermain pasir atau kedinginan ketika berjalan di lantai. Mereka perlu diajarkan tapi juga terus didampingi.
Semakin bertambah usia orangtua bisa mengajak anak untuk bermain permainan menantang, misal perosotan dan ayunan. Bisa juga permainan konstruktif dengan imajinasi anak seperti puzzle dan lego. Permainan tersebut selain memacu kreativitas, imajinasi atau kognisi, juga membentuk kepribadian positif anak, seperti: rasa percaya diri, mandiri, dan berani bertindak.
Perlu diingat juga bahwa anak perlu berinteraksi dengan teman sebayanya untuk mengembangkan sosialisasi dengan orang lain. Orangtua harus juga memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak. Selama merasakan itu mereka bakal percaya diri dalam melakukan sesuatu.
Orangtua juga perlu memberikan pujian jika anak berbuat baik atau sesuai harapan. Anak-anak yang mendapat pujian pada awal kehidupan cen derung bekerja lebih keras dan tak mudah menyerah. Intinya, segala sesuatu yang dilakukan secara baik oleh orangtua bakal melejitkan perkembangan anak dalam berbagai aspek. Asuhlah anak secara penuh kasih, orangtua bakal mendapat kedekatan dan kelekatan dengan buah hatinya. Jangan sia-siakan usia emas anak Bapak.
Emiliana Primastuti
HIDUP NO.42 2018, 21 Oktober 2018