HIDUPKATOLIK.com – Pw S. Elisabet dr Hungaria; 3 Yoh 1:5-8; Mzm 112; Luk 18:1-8
PERNAHKAH kita berbuat baik kepada seseorang karena kita berhutang budi kepada orang itu? Atau kita berbuat baik demi memperoleh keuntungan darinya, do ut des? Ada udang di balik batu. Surat Yohanes memberi apresiasi kepada orang beriman yang memberi kebaikan bagi orang-orang asing yang tak dikenalnya.
Mereka mengasihi tanpa pandang bulu. Itulah cara yang sungguh berkenan kepada Allah. Dalam mengasihi tanpa pamrih, kita menjadi saksi iman. Kebaikan kita dimurnikan menjadi tanda nyata kehadiran Allah bagi sesama.
Demikian juga sebaliknya, kita belajar menatap wajah Allah yang menyamar di dalam diri orang-orang asing. Terlebih jika orang-orang asing itu adalah para utusan Allah. Kita wajib menerima orang-orang yang demikian supaya kita boleh mengambil bagian dalam pekerjaan mereka untuk ebenaran (1:8).
Janda miskin dalam bacaan Injil bukan pertama-tama hendak mengajak kita berdoa semalam suntuk atau berdoa tanpa henti sampai meninggalkan tugas-tugas harian kita. Kita diundang untuk lebih beriman dalam doa, bukan mendesak atau memaksa dengan ceroboh.
Jika manusia yang tidak baik saja bisa mengabulkan permintaan orang yang datang kepadanya, apalagi Allah Yang Maha Baik. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (18:8). Tuhan, tambahkanlah iman kami.
Monica Maria Meifung
Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta