HIDUPKATOLIK.com – Pekan Biasa XXXII; Tit 3:1-7; Mzm 23; Luk 17:11-19
ORANG kusta bukan cuma mengalami penderitaan fisik tetapi juga psikis dan sosial. Mereka dianggap najis dan dikucilkan sehingga harus berdiri agak jauh dan berteriak memohon belas kasih Yesus.
Fokus kisah Injil hari ini bukan pertama-tama penyembuhan tetapi siapa Yesus, yaitu Dia yang selalu berpihak kepada orang lemah dan tersingkir, serta mau menyelamatkan semua orang yang menderita tanpa pilih kasih.
Penyembuhan oleh Yesus juga bukan perkara biologis saja, namun peristiwa yang membangkitkan iman. Mengapa ini terjadi hanya pada orang Samaria yang dianggap orang asing? Sembilan kaum Yahudi merasa dirinya lebih mengenal Yesus.
Mereka melihat penyembuhan bukan sebagai anugerah tetapi sesuatu yang pantas mereka terima berkat keahlian melaksanakan perbuatan-perbuatan hukum. Itu sebabnya mereka tak tahu berterimakasih dan tidak kembali kepada Yesus.
Rasul Paulus mengingatkan, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, kita menerima hidup kekal sesuai dengan pengharapan yang terkandung dalam iman, bukan sesuai perbuatan baik yang telah kita lakukan.
Iman tidak lahir dari kesibukan berpikir atau dari karya-karya hebat manusia, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan Roh Kudus. Itulah semestinya kualitas iman kita.
Monica Maria Meifung
Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta