HIDUPKATOLIK.com – Mgr Christophorus Tri Harsono di masa kecilnya tumbuh dalam keluarga dengan latar belakang TNI Angkatan Udara. Inilah mengapa, lambang tahbisannya sebagai Uskup Purwokerto terlihat menyerupai emblem Tentara Nasional Indonesia. Lambang ini terbagi menjadi tiga bagian, galero, perisai, dan moto tahbisan. Keseluruhan lambang ini menggambarkan semangat penggembalaan sang uskup.
Galero
Galero adalah topi khas seorang klerus berwarna hijau dengan enam jumbai pada masing-masing sisi. Sebuah salip pancang berwarna kuning diletakkan di galero ini menjadi penanda bahwa sang empunya adalah seorang uskup.
Perisai
Bagian tengah lambang terdapat perisai yang terbagi menjadi empat bagian.
*Pertama, bagian kiri atas perisai, dengan latar belakang abu-abu terdapat gambar gunung, sungai, dan padi. Ini menggambarkan keindahan dan kesuburan anugerah Tuhan di Keuskupan Purwokerto. Ini juga menyimbolkan latar belakang Mgr Christophorus yang menganggap dirinya sebagai anak kampung yang sederhana namun dipilih menjadi Uskup Purwokerto.
*Kedua, bagian kanan atas perisai berlatar biru terdapat bintang dan Kitab Suci. Bintang ini melambangkan Allah, sedangkan Kitab Suci bertuliskan Alpha dan Omega melambangkan tugas pewartaan seorang uskup. Tugas ini tentu tak mudah, namun Allah sendirilah yang menjadi sumber kekuatan.
*Ketiga, bagian kiri bawah, berlatar merah terdapat burung merpati yang membawa enam helai daun zaitun dan tangan bekas luka Kristus (stigmata) yang melambangkan St Fransiskus Asisi. Burung merpati ini melambangkan perdamaian, bahwa pelayanan seorang uskup akan membawa perdamaian bagi umat Katolik dan juga semua orang melalui relasi dan antar-agama. Sedangkan St Fransiskus Asisi menunjukkan latar belakang Mgr Christophorus sebagai seorang hasil didikan para uskup dan imam Fransiskan.
*Keempat, kanan bawah perisai berlatar kuning keemasan terdapat bunga bakung. Warna putih dan keindahan bunga bakung menjadi simbol dari kemurnian hati Bunda Maria tak bernoda. Bunda Maria tidak pernah berambisi untuk menjadi “orang utama” atau yang dilayani. Dengan tanda ini juga mengungkapkan devosi yang kuat kepada Bunda Maria sang perantara kepada Yesus.
Moto Tahbisan
Bagian bawah perisai terdapat pita kuning keemasan bertuliskan “Fiat Mihi Secundum Verbum Tuum” yang berasal dari perkataan Maria yang berarti ‘terjadilah padaku menurut perkataanmu’ (Luk 1: 38).
Mgr Christophorus Tri Harsono
Tempat/Tanggal Lahir : Bogor, 18 Januari 1966
Pendidikan dan Panggilan:
– TK Pia Ardhya Gharini Lanud Atang Senjaya Bogor : 1970-1972
– SD Angkasa Bhakti II Lanud Atang Senjaya Bogor : 1972-1978
– SMP Angkasa Bhakti II Lanud Atang Senjaya Bogor : 1978-1981
– Seminari Menengah Stella Maris Bogor : 1981-1985
– Seminari Tinggi St Petrus-Paulus Bandung sekaligus mendapat tugas belajar filsafat dan teologi di Universitas Parahyangan (Unpar ) Bandung : 1985-1991
– Tahbisan Diakon : Katedral Beatae Mariae Virginis Bogor : 10 Juni 1994
– Tahbisan Imam : Gereja Keluarga Kudus, Cibinong pada 5 Februari 1995
– Belajar bahasa dan budaya Arab di The Center or Arabic Studies of Comboni Missionaries, Cairo, Mesir dan Pontifical Institute for Arabic & Islamic Studies (PISAI), Roma, Italia : 1997-2001
– Tahbisan Uskup : Purwokerto 16 Oktober 2018
Beberapa Tempat Karya:
– Tugas pastoral semasa menjadi frater di Paroki Maria Tak Bernoda Rangkasbitung : 1991-1994
– Pastor Rekan di Paroki Maria Tak Bernoda, Rangkasbitung : 1995-1996
– Pamong di Seminari Menengah Stella Maris : 1996-1998
– Ketua Komisi Hubungan Antar-agama dan Kepercaraan Keuskupan Bogor : 2001-2010
– Dosen Islamologi di Fakultas Filsafat Unpar : 2001-2018
– Pengawas Yayasan Unpar : 2007-sekarang
– Anggota FKUB Jawa Barat : 2008-2018
– Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor : 2014-2018
– Rektor Seminari Tinggi St. Petrus Paulus, Bandung: 2002-2005 dan 2008-2014
Antonius E. Sugiyanto
HIDUP NO.40 2018, 7 Oktober 2018